Halaman

Selasa, 06 Desember 2011

Memaknai Tahun Baru Hijriyah


“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”. (At-Taubah: 36).
Semua ahli tafsir sepakat bahwa empat bulan yang tersebut dalam ayat di atas adalah Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab.
Ketika haji wada’ Rasulallah bersabda:
Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi SAW bersabda: “Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Dalam hadist di atas Nabi SAW hanya menyebut nama empat bulan, dan ini bukan berarti selain dari nama bulan yang disebut di atas tidak suci, karena bulan Ramadhan tidak disebutkan dalam hadist diatas. Dan kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kesucian, ada Lailatul Qadar, juga dinamakan dengan bulan rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka.
Ibnu Rajab al-Hambali ( 736 – 795 H ) mengatakan, Muharam disebut dengan syahrullah (bulan Allah) karena memiliki dua hikmah. Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharam. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah SWT dalam mensucikankan bulan Muharam.
Bulan Muharram mempunyai karakteristik tersendiri, dan diantara karakteristik bulan Muharram adalah:
Pertama: Semangat Hijrah
Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Kita seharus merenung kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah.
Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).
Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan berlakunya untuk mengabadikan kaisar pertama yang
dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan Tahun Samura) Atau penangalan Tahun Saka bagi suku Jawa yang berasal dari Raja Aji Saka.
Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar. Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah
baginya melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.
Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai zaman baru pengembangan Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi agama dan umat Islam. Selain Umar, orang yang
berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib. Beliaulah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).
Dalam sejarah hijrah nabi dari Makkah ke madinah terlihat jalinan ukhuwah kaum Ansor dan Muhajirin yang melahirkan integrasi umat Islam yang sangat kokoh. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. Bisa dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat yang tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan ukhuwah Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.
Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Hadis Rasulullah yang sangat populer menyatakan, ”Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung”.
Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.” Oleh karena itu, sesuai dengan firman Allah:
”Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat) dan bertakwalah, sesungguhnya Allah maha tahu dengan apa yang kamu perbuatkan”. (QS. Al-Hasyar: 18).
Karakteristik Kedua: Di sunnahkan berpuasa
Pada zaman Rasulullah, orang Yahudi juga mengerjakan puasa pada hari ‘asyuura. Mereka mewarisi hal itu dari Nabi Musa AS.
Dari Ibnu Abbas RA, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa.
Rasulullah SAW bertanya, “Hari apa ini?
Mengapa kalian berpuasa?” Mereka menjawab, “Ini hari yang agung, hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun. Maka Musa berpuasa sebagai tanda syukur, maka kami pun berpuasa. “Rasulullah SAW bersabda, “Kami orang Islam lebih berhak dan lebih utama untuk menghormati Nabi Musa daripada kalian.” (HR. Abu Daud).
Puasa Muharram merupakan puasa yang paling utama setelah puasa ramadhan.
Rasululllah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah RA, Rasululllah SAW bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan adalah puasa dibulan muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (HR. Muslim, Abu Daud, Tarmizi, dan Nasa’ ).
Puasa pada bulan Muharam yang sangat dianjurkan adalah pada hari yang kesepuluh, yaitu yang lebih dikenal dengan istilah ‘asyuura.
Aisyah RA pernah ditanya tentang puasa ‘asyuura, ia menjawab, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW puasa pada suatu hari yang beliau betul-betul mengharapkan fadilah pada hari itu atas hari-hari lainnya, kecuali puasa pada hari kesepuluh Muharam.” (HR Muslim).
Dalam hadits lain Nabi juga menjelaskan bahwa puasa pada hari ‘asyura (10 Muharram) bisa menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lewat.
Dari Abu Qatadah RA, Rasululllah SAW ditanya tentang puasa hari ‘asyura, beliau bersabda: ”Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat” (HR. Muslim).
Disamping itu disunnahkan untuk berpuasa sehari sebelum ‘Asyura yaitu puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda Nabi SAW yang termasuk dalam golongan sunnah hammiyah (sunnah yang berupa keinginan/cita2 Nabi tetapi beliau sendiri belum sempat melakukannya):
Ibnu Abbas RA menyebutkan, Rasulullah SAW melakukan puasa ‘asyuura dan beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Para sahabat berkata,
“Ini adalah hari yang dimuliakan orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Tahun depan insya Allah kita juga akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharam.” Namun, pada tahun berikutnya Rasulullah telah
wafat. (HR Muslim, Abu Daud).
Berdasar pada hadis ini, disunahkan bagi umat Islam untuk juga berpuasa pada tanggal sembilan Muharam. Sebagian ulama mengatakan, sebaiknya puasa selama tiga hari: 9, 10, 11 Muharam.
Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Puasalah pada hari ‘asyuura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Puasalah sehari sebelum ‘asyuura dan sehari sesudahnya.” (HR Ahmad).
Ibnu Sirrin berkata: melaksanakan hal ini dengan alasan kehati-hatian. Karena, boleh jadi manusia salah dalam menetapkan masuknya satu Muharam. Boleh jadi yang kita kira tanggal sembilan, namun sebenarnya sudah tanggal sepuluh. (Majmuu’ Syarhul Muhadzdzab VI/406) .
Mudah-mudahan dengan masuknya awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang hidup kita kedepan agar lebih baik dan bermanfaat bagi umat manusia, yakni mengubah perilaku buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

*Disadur dari berbagai sumber.

Sabtu, 22 Oktober 2011

PARTAI GAGAL REKRUTMEN DAN KADERISASI

639ilustrasi_bendera_parpolREPUBLIKA, Di mata Peneliti Center for Electoral Reform (Cetro), Refly Harun, rendahnya kualitas anggota DPR saat ini merupakan kegagalan partai politik melakukan kaderisasi dan rekrutmen. Karena itu, dia menilai aneh jika anggota DPR dan partai justru mempersoalkan sistem proporsional terbuka, dan ingin kembali ke sistem proporsional tertutup. Tapi, Cetro mengusulkan jalan tengah untuk mengakomodasi keinginan itu, yaitu dengan sistem proporsional campuran (mixed member proportional). Bagaimana detailnya? Berikut wawancara wartawan Republika, Harun Husein, dengan Refly:
Sekarang sistem proporsional terbuka mulai banyak digugat, karena suara terbanyak tak membuat kualitas anggota DPR menjadi lebih baik. Komentar Anda?
Sebenarnya aneh kalau partai-partai tiba-tiba ribut soal kegagalan sistem proporsional terbuka. Lho, mereka mencalonkan siapa? Kan tanggung jawab partai untuk mencalonkan orang-orang yang serius, bukan sekadar populer. Kemarin kan ada kesan sekadar memenuhi slot. Bahkan ada kesan, dijadikan ajang untuk mencari duit oleh partai politik. Partai politik itu membuka pendaftaran caleg, di tempatkan di tempat-tempat yang gampang terlihat, dengan membayar sejumlah uang. Lalu, merekrut orangorang terkenal yang tidak ada latar belakang politiknya sama sekali.
Jadi, kalau bicara kualitas, ditentukan oleh sejauh mana partai itu melakukan kaderisasi. Kan salah satu fungsi partai adalah melakukan kaderisasi dan rekrutmen politik. Nah, selama ini partai tidak bekerja. Partai politik hanya menjadi electoral machine, mesin pengeruk suara.
Artinya yang ada di Senayan sekarang ini merupakan output kegagalan partai?
Yaa, kegagalan partai melakukan rekrutmen politik dan kaderisasi. Kalau mereka bekerja, maka sesungguhnya siapapun yang mereka calonkan, akan berkualitas. Ini kan tidak. Mereka terkesan hanya sekadar menjadi electoral machine. Bahkan, calon itu menjadi electoral machine.
Hanya menjadi vote getter...
Bolehlah kalau diistilahkan vote getter. Tapi, dulu, vote getter hanya dipasang, tapi tidak menjadi anggota DPR. Sekarang, mereka menjadi anggota DPR.
Berdasarkan perhitungan kami, dari 560 anggota DPR saat ini, 83 persen berada di nomor urut satu dan dua. Mereka peraih suara terbanyak, tapi juga di nomor urut atas. Apakah tuntutan kembali ke proporsional tertutup itu wajar, jika caleg terpilih masih banyak difasilitasi nomor urut?
Aneh kalau partai politik mengeluhkan kualitas calon dengan sistem proporsional terbuka, kalau yang terpilih mayoritas nomor urut satu dan dua. Sebab, yang terpilih adalah preferensi partai bersangkutan. Kan partai yang menempatkan seseorang di nomor urut satu dan dua, karena menghendaki merekalah yang terpilih.
Jangan-jangan, mereka (partai –Red) me nempatkan orang di nomor satu dan dua itu berdasarkan orang yang nyetor saja. Atau orang-orang yang ditempatkan untuk mengeruk suara saja. Coba deh cek orang-orang terkenal, misalnya artis dan anak-anak pembesar, umumnya di nomor urut satu dan dua.
Yang bikin rusak ka derisasi politik kan yang begitu: Cari orang terkenal dan cari pejabat-pejabat lokal —baik anak, suami, istri, ibu, dan sebagainya— untuk dimajukan. Kalau partai politik mengajukan calon yang ti dak berkualitas, yaa begitu akhirnya. Dan, fenomena yang sama juga terjadi di DPD.
Bagaimana seharusnya partai mencalonkan seseorang untuk mengisi lembaga perwakilan rakyat?
Mestinya mereka mencalonkan, kalau kita bicara kaderisasi partai, adalah yang sudah menjalani karier di DPRD misalnya. Misalnya, dari DPRD kabupaten/ -kota naik ke DPRD provinsi. Dari DPRD provinsi naik ke DPR. Kalau mereka langsung lompat pagar ke DPR, seharusnya orang-orang itu punya pengalaman dan keahlian yang sangat khusus.
Tapi, yang terjadi nggak. Mereka langsung lompat tanpa melalui kaderisasi. Biasanya kalau nggak artis, orang terkenal di daerahnya, anak dan istri pembesar. Ketika terpilih, barang kali tidak con cern di bidang itu. Mereka kemudian banyak yang hanya ingin men jadi anggota DPR tanpa bekerja. Kerjanya mungkin hanya ngurusi anaknya, suami nya, istri nya, perusahaannya, tapi mereka pejabat pu blik yang berhak atas fasilitas publik. Misalnya pesawat kelas satu, PIN negara. Jadi kerjanya tidak, gayanya doang.
Jika kembali ke proporsional tertutup dengan alasan penguatan partai, dan agar partai bisa mencalonkan orang yang mumpuni, apa pendapat Anda?
O, itu setback sekali. Kalau proporsional tertutup, akan makin mengaburkan konsep keterwakilan kita. Dan, sebenarnya, kita tidak bisa me li hat anggota DPR itu hanya sekumpulan orang-orang yang punya keahlian di bidang tertentu saja. Yang paling dihargai dari seorang politikus di mana pun adalah trust masyarakat. Bahwa masyarakat percaya, kenal dia, dan memilih dia sebagai wakilnya. Tapi, kan di Indonesia tidak pernah terjadi yang begitu. Kita memilih tidak pernah ada pertimbangan apa-apa. Main coblas-coblos aja.
Bagaimana dengan MMP yang digagas Cetro?
Menurut saya, sistem MMP ini bisa mewadahi dua kepentingan: kepentingan terhadap calon yang dikenal publik, sehingga representativeness atau keterwakilan lebih bisa dicapai, tapi partai politik tidak ditinggalkan, karena partai berhak atas 50 persen lists kursi yang diperebutkan. Jadi, kalau anggota DPR 560 orang, 280 di tentukan partai politik berdasarkan nomor urut, sementara, 280 lainnya ditentukan masyarakat secara langsung, karena mereka langsung memilih calon bersangkutan. Konsep ini jauh lebih adil ketimbang proporsional tertutup.
Dengan MMP keterwakilan menjadi jelas. Apakah saat ini tidak jelas?
Sekarang kita diwakili oleh empat calon: DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR, dan DPD. Tapi, ketika ada masalah, kita tidak tahu mengadu kepada siapa. Akhirnya, mengadu ke Komnas HAM, ke LBH, atau langsung mengadu ke menteri, presiden, dan sebagainya.
Mestinya, masyarakat pertama kali mengadu kepada wakilnya. Tapi, kalau kita datang ke DPR, kita bertemu dengan institusinya. Dari institusi di-refer ke komisi dan lain sebagainya, yang barang kali tidak menyelesaikan masalah.
Lain kalau konstituensinya (dapilnya) kecil. Kita kan bisa genjot dia (wakil rakyat) memperjuangkan kepentingan kita. Kalau nggak, kita kampanye jangan pilih dia untuk pemilu berikutnya. Kan begitu di Amerika.
Karena fungsi itu tak dijalankan, maraklah komisi-komisi independen?
Yaa, marak komisi-komisi itu, bahkan LSM. Orang datang ke LSM. Kan aneh. Orang datang ke Kontras, LBH, karena fungsi representativeness wakil rakyat itu nggak dijalankan. Dengan sistem proporsional tertutup, tambah nggak jelas konsep ke ter wakilan kita: konstituen dan wa kil rakyat, makin nggak ada hubungannya.
(-)

Selasa, 18 Oktober 2011

RAKOR DPC


Senin, 17 oktober 2011. Jam menunjukkkan pukul 15.30. Gerimis mulai turun perlahan. Tak sampai 15 menit, gerimis akhirnya berhenti. Tampak beberapa orang dengan sepeda motor berdatangan ke sebuah rumah di desa Pule Kecamatan Selogiri Kab. Wonogiri.
Orang-orang inilah ‘laskar’ PKS DPC Selogiri Kab. Wonogiri. Seperti biasanya, mereka akan mengadakan rakor (rapat koordinasi). Adapun rapat ini dihadiri oleh Pengurus DPC PKS Selogiri yang terdiri dari dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Ketua : Bidang Kaderisasi, Bidang Kewanitaan, Bidang Kepemudaan, Bidang Sosial Ekonomi, Bidang Humas Media, dan beberapa staf. Jam 4 kurang, rapatpun dimulai. Rapat dimoderatori oleh Riyadi selaku sekretaris. Dimulai dengan basmallah, lalu dilanjutkan dengan prakata dari Bapak Bambang selaku ketua DPC PKS Selogiri.
Selesai prakata dari ketua DPC yang juga sekaligus menyampaikan agenda rapat di hari tersbut, juga disampaikan tausiyah oleh Wahyudi (Kabid Kaderisasi). Barangkali pemberian tausiyah ini jarang terjadi di rapat-rapat partai lain, tetapi bagi PKS seakan tausiyah dalam rapat-rapat mereka adalah hal yang ‘wajib’ (wajib disini bukanlah hukum wajib dalam fikih agama-red) dilakukan.
Tausiyah yang diberikan oleh Wahyudi mengangkat tema sebuah pertanyaan “siapakah kita?”.
Selesai tausiyah, rapat kembali dipimpin oleh Bapak Bambang.  Adapun agenda rapat yang dibahasa dalam pertemuan tersebut meliputi persiapan pelaksanaan rencana kerja DPC dalam rangka menyongsong Muskerda DPD PKS Kab. Wonogiri, sekaligus sebagai sarana persiapan Muskercab.
Selain hal tersebut, juga dibahas tentang qodoya (kondisi) internal pengurus DPC. Dalam pembahasan ini, terjadi sedikit perubahan personal dalam struktur kepengurusan. Terutama untuk Bidang Kewanitaan dan Bidang Humas Media ada penambahan personel.
Masuk waktu maghrib, rapat diakhiri dengan berbagai keputusan. Diantaranya adalah rencana pelaksanaan Rapat Kerja menyogsong Muskerda dan Muskercab rencananya (insyaAllah) akan dilaksanakan pada Hari Minggu, 30 Oktober 2011. Selesai rapat, dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah. (Tar_Bid. Humas Media)




                                                                                                                                                

Selasa, 30 Agustus 2011

= = Menjaga Ukhuwah Islamiyah = =

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu.” (Al-Hujurat: 10).
“Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”(Al-Hijr: 47).
     Betapa banyak kehidupan yang berubah menjadi keras ketika ikatan persaudaraan telah pupus, ketika sumber-sumber kecintaan terhadap Allah telah kering, ketika individualisme telah menggeser nilai-nilai persaudaraan, saat itu setiap individu berada dalam kehidupan yang sulit, merasa terpisah menyendiri dari masyarakatnya.
     Kebanyakan manusia pada umumnya, perilaku mereka telah tercemari oleh hal-hal yang dapat merusak persaudaraan, yang terkadang mereka menyadari hal tersebut, dan terkadang tidak menyadarinya.
     Dalam sebuah hadis yang menerangkan tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah di hari tiada naungan kecuali naungan Allah, Rasulullah menyebutkan salah satu di antaranya adalah, “Dan dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya.”(HR Bukhari dan Muslim). Dan di dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, “Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, berhak atas kecintaan-Ku..”(HR Malik dan Ahmad).
     Muhammad bin Munkadir ketika ditanya tentang kenikmatannya dalam kehidupan ini, beliau menjawab, “Ketika bertemu dengan saudara-saudara (sahabat-sahabat), dan membahagiakan mereka.”
     Al-Hasan pernah berkata, “Kami lebih mencintai sahabat-sahabat kami dari pada keluarga kami, karena sahabat-sahabat kami mengingatkan kami akan kehidupan akherat, sedangkan keluarga kami mengingatkan kami akan kehidupan dunia.”
     Khalid bin Shafwan berkata, “Orang yang lemah adalah yang sedikit menjalin persaudaraan.”
Perhatikanlah beberapa perkataan di atas, baik dari ayat-ayat Allah, hadis, maupun perkataan para ulama, kemudian lihatlah pada kenyataan tentu akan menunjukkan kebenarannya. Siapakah yang menolongmu untuk mampu tetap teguh memegangi hidayah? Siapakah yang meneguhkan kamu untuk tetap istiqamah? Siapakah yang menemani kamu ketika dirundung bencana dan malapetaka? Karena itu Umar pernah berkata, “Bertemu dengan para ikhwan bisa menghilangkan kegalauan dan kesedihan hati.”
     Untuk dapat  sukses dalam menjaga ukhuwah islamiyah kita perlu memperhatikan beberapa hal yang dapat merusak ukhuwah dan berupaya untuk menghindarinya sehingga ukhuwah bisa terjalin secara langgen. Hal-hal tersebut  di antaranya adalah sebagai berikut :
  1. Tamak dan rakus terhadap dunia, terhadap apa-apa yang dimiliki orang lain.
     Rasulullah saw. Bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia, Allah akan mencintai kamu. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, mereka akan mencintai kamu.”(HR Ibnu Majah).
     Jika kamu tertimpa musibah, mintalah musyawarah kepada saudaramu dan jangan meminta apa yang engkau butuhkan. Sebab jika saudara atau temanmu itu memahami keadaanmu, ia akan terketuk hatinya untuk menolongmu, tanpa harus meminta atau meneteskan air mata.
  2. Maksiat dan meremehkan ketaatan.
     Ibnu Qayim, dalam kitab “Al-Jawabul Kafi” mengatakan, “Di antara akibat dari perbuatan maksiyat adalah rasa gelisah (takut dan sedih) yang dirasakan oleh orang yang bermaksiyat itu untuk bertemu dengan saudara-saudaranya.”
     Jika di dalam pergaulan tidak ada nuansa dzikir dan ibadah, saling menasehati, mengingatkan dan memberi pelajaran, berarti pergaulan atau ikatan persahabatan itu telah gersang disebabkan oleh kerasnya hati dan hal itu bisa mengakibatkan terbukannya pintu-pintu kejahatan sehingga masing-masing akan saling menyibukkan diri dengan urusan yang lain. Padahal           Rasulullah saw. Bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak mendzoliminya dan tidak menghinakannya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, Tidaklah dua orang yang saling mengasihi, kemudian dipisahkan antara keduanya kecuali hanya karena satu dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya.”(HR Ahmad).
     Orang-orang ahli maksiyat dan kemungkaran, pergaulan dan persahabatan mereka tidak dibangun atas dasar ketakwaan melainkan atas dasar materi sehingga akan dengan mudah berubah menjadi permusuhan. Bahkan hal itu nanti akan menjadi beban di hari kiamat.
     Allah swt.berfirman, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(Az-Zukhruf: 67). Sedangkan persahabatan karena Allah, akan terus berlanjut sampai di surga, “.sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”(Al-Hijr: 47).
  3. Tidak menggunakan adab yang baik (syar’i) ketika berbicara.
     Ketika berbicara dengan saudara atau kawan, hendaknya seseorang memilih perkataan yang paling baik. Allah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘hendaklah mereka mengucapkan kata-kata yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.”(Al-Isra: 53).
     Dalam sebuah hadis Nabi saw. Bersabda, “Kalimah thayibah adalah shadaqah.”(HR Bukhari).
  4. Tidak memperhatikan apabila ada yang mengajak berbicara dan memalingkan muka darinya.
     Seorang ulama salaf berkata, “Ada seseorang yang menyampaikan hadis sedangkan aku sudah mengetahui hal itu sebelum ia dilahirkan oleh ibunya. Akan tetapi, akhlak yang baik membawaku untuk tetap mendengarkannya hingga ia selesai berbicara.”
  5. Banyak bercanda dan bersenda gurau.
     Betapa banyak orang yang putus hubungan satu sama lainnya hanya disebabkan oleh canda dan senda gurau yang tidak pantas yang terkadang  dapat menyinggung perasaan tanpa disadarinya.
  6. Banyak berdebat dan berbantah-bantahan.
  
     Rasulullah saw.Bersabda, “Orang yang paling dibenci di sisi Allah adalah yang keras dan besar permusuhannya.”(HR Bukhari dan Muslim). Orang yang banyak permusuhannya adalah yang suka menggelar perdebatan, adu argumen dan pendapat.

     Terkadang hubungan persaudaraan terputus karena terjadinya perdebatan yang sengit yang bisa jadi itu adalah tipuan setan. Dengan alasan mempertahankan ‘akidah dan prinsipnya’ padahal sesungguhnya adalah mempertahankan dirinya dan kesombongannya.

     Tetapi mujadalah atau debat dengan cara yang baik untuk menerangkan kebenaran kepada orang yang bodoh, dan kepada ahli bidah, hal itu tidak masalah. Tetapi, jika sudah melampaui batas, maka hal itu tidak diperbolehkan. Bahkan jika perdebatan itu dilakukan untuk menunjukkan kehebatan diri, hal itu malah menjadi bukti akan lemahnya iman dan sedikitnya pengetahuan.
     Jadi, bisa saja dengan perdebatan ini, tali ukhuwah akan terurai dan hilang. Sebab masing-masing merasa lebih lebih kuat hujjahnya dibanding yang lain.
  7. Berbisik-bisik (pembicaraan rahasia)

     Rasulullah bersabda, “Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang di antaranya berbisik-bisik tanpa mengajak orang yang ketiga karena itu akan bisa menyebabkannya bersedih.”(HR Bukhari dan Muslim).
     Berbisik-bisik adalah merupakan hal yang sepele tetapi mempunyai pengaruh yang dalam bagi orang yang berfikiran ingin membina ikatan persaudaraan.
     Allah swt. Berfirman, “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman berduka cita..”(Al-Mujadalah: 10).
     Para ulama berkata, “Setan akan membisikkan kepadanya dan berkata, ‘Mereka itu membicarakanmu’.” Maka dari itu para ulama mensyaratkan agar meminta idzin terlebih dahulu jika ingin berbisik-bisik (berbicara rahasia).
     Demikianlah beberapa hal yang dapat merusak tali ukhuwah yang perlu diwaspadai serta dihindari oleh setiap insan,agar hubungan persahabatan dan persaudaran yang selama ini terjalin dapat terus terbina  dan dilestarikan sehingga kekuatan muslim semakin kokoh disegala sendi-sendi kehidupan yang pada akhirnya terwujudlah masyarakat islam yang Rahmatan lil a’lamin seperti yang telah dijanjikan Allah SWT.

sumber :http://subhansyarief.multiply.com/journal/item/25/kiat_sukses_menjaga_ukhuwah_islamiyah

Kamis, 25 Agustus 2011

PERTUMBUHAN BERKESINAMBUNGAN -Anis Matta-

 Oleh Anis Matta*
Ketika Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya, ia hanya seorang diri. Beberapa tahun kemudian, tepatnya 23 tahun saat beliau melaksanakan hajjatul wada', kaum Muslim telah berjumlah sekitar 100 sampai 125 ribu orang dalam berbagai riwayat. Dengan jumlah penduduk dunia ketika itu sekitar 100 juta orang, maka rasio kaum Muslim terhadap penduduk dunia adalah 1 per 1000 orang.

Sekarang, sekitar 1500 tahun kemudian, jumlah kaum Muslim telah bertumbuh tanpa henti dan menjadi 1,5 milyar hingga 1,9 milyar. Bayangkanlah bagaimana rasio itu bertumbuh dari 1 per 1000 menjadi 1 per lima dalam kurun waktu 1500 tahun.

Islam sebagai agama bekerja dalam skala waktu sejarah, bukan dalam skala waktu individu atau umat. Ia terus akan bertumbuh hingga tak satu pun jengkal bumi yang tidak dijangkaunya dan tak satu pun manusia yang tidak mendengar nama Allah disebutkan. Pertumbuhan berkesinambungan adalah ciri utamanya.

Kesadaran akan waktu bukan saja menumbuhkan kemampuan berpikir sekuensial dan kesadaran akan efek akumulasi, tapi juga pada makna pertumbuhan sebagai cara mengukur kekuatan dan prospek dari sebuah ide atau kerja. Kekuatan substansial dari sebuah ide atau kerja selalu dapat diukur dari kemampuannya untuk bertumbuh secara berkesinambungan.

Berapa banyak ideologi dan gerakan dalam sejarah manusia yang lahir, tumbuh dan mekar lalu mati dalam kurun waktu yang singkat. Misalnya komunisme. Semula gegap gempita tentang komunisme sejak awal ia lahir sebagai sebuah ideologi hingga berkembang pesat dengan dukungan sebuah imperium besar tak sanggup membuatnya berumur lebih dari satu abad.

Umur ideologi dan gerakan, apapun bentuknya, selalu ditentukan oleh kekuatan substansialnya untuk bertumbuh secara berkesinambungan. Sebab ini menentukan dalam skala waktu apa ideologi dan gerakan itu bekerja. Ideologi dan gerakan yang tidak punya potensi pertumbuhan berkesinambungan biasanya hanya akan bekerja dalam skala waktu individu, atau paling jauh, dalam skala waktu komunitas.

Pertumbuhan berkesinambungan adalah alat ukur sejarah. Sebab hanya ideologi dan gerakan yang bekerja dalam skala waktu sejarah yang akan bisa bertumbuh secara berkesinambungan. Itu sebabnya mengapa Qur'an memberi ruang yang begitu luas untuk membicarakan sejarah; biar semua kita sadar bahwa hanya ketika kita bekerja dalam skala waktu sejarah kita punya peluang untuk bertumbuh tanpa henti.**

RENUNGAN KH RAHMAT ABDULLAH

Nuzul Qur’an di Hira, Nuzul Qur’an di hati

Ketika pertama kali Al-Qur’an diturunkan, ia telah menjadi petunjuk untuk seluruh manusia. Ia menjadi petunjuk sesungguhnya bagi mereka yang menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Ia benar-benar berguna bagi kaum beriman dan menjadi kerugian bagi kaum yang zalim. Kelak saatnya orang menyalakan rambu-rambu, padahal tanpa rambu-rambu kehidupan jadi kacau. Ada juga orang berfikir malam qodar itu selesai sudah karena ALLAH menyatakan dengan anzalnahu ( kami telah menurunkannya) tanpa melihat tajam-tajam pada kata tanazzalu’l Malaikatu wa’l Ruhu (pada malam itu turun menurunlah para malaikat dan ruh), dengan kata kerja permanen.

Bila malam adalah malam, saat matahari terbenam, siapa warga negeri yang tak menemukan malam; kafirnya dan mukminnya, fasiqnya dan shalihnya, munafiqnya dan shiddiqnya. Yahudi dan nasraninya? Jadi apakah malam itu malam fisika yang meliput semua orang dikawasan?

Jadi ketika Ramadhan di gua Hira itu malamnya disebut malam qadar, saat turun sebuah pedoman hidup yang terbaca dan terjaga, maka betapa bahaginya setiap mukmin yang sadar dengan Nuzulnya Al-Qur’an dihati pada malam qadarnya masing-masing, saat jiwa menemukan jati dirinya yang selalu merindu dan mencari sang Pencipta. Yang tetap terbelenggu selama hayat dikandung badan, seperti badanpun tak dapat melampiaskan kesenangannya, karena selalu ada keterbatasan dalam setiap kesenangan. Batas makanan dan minuman yang lezat adalah keterbatasan perut dan segala yang lahir dari proses tersebut. Batas kesenangan libido ialah menghilangnya kegembiraan dipuncak kesenangan. Batas nikmatnya dunia ketika ajal tiba-tiba menemukan rambu-rambu: Stop!

Puasa: Da’wah, Tarbiyah, Jihad dan Disiplin

Orang yang tertempa makan (sahur) disaat enaknya orang tertidur lelap atau berdiri lama malam hari dalam shalat qiyam Ramadlan, setelah siangnya berlapar haus atau menahan semua pembantal lahir bathin, sudah sepantasnya mampu mengatasi masalah-masalah da’wah dan kehidupannya tanpa keluhan, keputusasaan atau kepanikan.

Musuh-musuh ummat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan ditengah badai tak akan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air. Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air diakhir malam, lapar dan haus diterik siang.

Mereka biasa berburu dan menunggu target perjuangan, jauh sampai keakhirat negeri keabadian, dengan kekuatan yakin yang melebihi kepastian fajar menyingsing. Namun bagaimana mungkin bisa mengajar orang lain, orang yang tak mampu memahami ajarannya sendiri? “Fadiqu’s Syai’la Yu’thihi’ (yang tak punya apa-apa tak kan mampu memberi apa-apa).

Wahyu pertama turun dibulan Ramadlan, pertempuran dan mubadarah (inisiatif) awal di Badar juga di bulan Ramadlan dan Futuh (kemenangan) juga di bulan Ramadlan. Ini menjadi inspirasi betapa madrasah Ramadlan telah memproduk begitu banyak alumni unggulan yang izzah-nya membentang dari masyriq ke maghrib zaman.

Bila mulutmu bergetar dengan ayat-ayat suci dan hadits-hadits, mulut mereka juga menggetarkan kalimat yang sama. Adapun hati dan bukti, itu soal besar yang menunggu jawaban serius. ~KH. Rahmat Abdullah~

Senin, 22 Agustus 2011

Memaksimalkan Detik-Detik Akhir Ramadhan

Banyak hadist sahih dari Rosululloh Saw. Yang menceritakan bahwa beliau memaksimalkan pada 10 hari terakhir Ramahdan, dengan kesungguhan yang lebih dari hari-hari lainnya.
            Siti Aisyah RA mengatakan: “ jika memasuki 10 hari itu, Rosululloh Saw mengencangkan kainnya (tidak menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya”.

            “Mengencangkan kain” merupakan ungkapan kiasan untuk menunjukkan kesriusan dan kesungguhan dalam beribadah, sebagaimana ungkapan yang digunakan untuk sikap menjauhi istri. Sedangkan orang yang serius dalam bekerja disebu kiasan yang “menyingsingkan lengan baju”
            Adapun yang dimaksud dengan “menghidupkan malamnya” adalah menghidupkan keseluruhan malamnya dengan mengerjakan sholat malam, ibadah dan ketaatan. Sebelum itu beliau bangun pada sebagian malam dan tidur pada sebagiannya, sebagaimana  diperintahkan dalam surat Al-Muzammil. Sedangkan makna “membangunkan keluarganya” adalah membangunkan istri-istrinya, agar mereka menyertainya dalam mendapatkan kebaikan, dzikir dan ibadah pada saat yang penuh keberkahan tersebut.

            Dengan demikian beliau mengajarkan agar setiap muslim membiasakan istri dan keluarganya dengan mengingatkan saat-saat yang baik dan memerintahkan mereka untuk melaksanakan ibadah, sebagaimana firman Alloh Swt “ Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan sholat dan sabar dalam mengerjakannya (QS Thaha : 132 )
            Diantara tanda-tanda keseriusan beliau pada hari sepuluh terakhir ini adalah beliau beri’tikaf di masjid dan konsentrasi untuk beribadah kepada Alloh Swt. Siti Aisyah menyebutkan bahwa Nabi beri’tikaf pada hari 10 terakhir Ramadhan hingga Alloh Swt mewafatkannya, kemudian istri-istri beliaupun beri’tikaf  sepeninggalnya.

            I’tikaf adalah mengasingkan diri untuk sementara dari kesibukan-kesibukan hidup, dan secara total menghadap kepada Alloh Swt untuk khusuk beribadah kepadanya. Islam tidak mensyariatkan kerahiban maupun ibadah dengan pengasingan yang abadi, tetapi mensyariatkannya pada waktu-waktu tertentu agar hati yang haus mendapatkan minumannya, nurani yang lapar mendapatkan santapannya, dengan ibadah dan taqorrub kepada Alloh Swt.
ktRahasia kesungguhan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan:

            Rahasia kesungguhan dan keseriusan pada sepuluh hari terakhir ini terdapat pada dua hal berikut:
Pertama: sepuluh hari ini adalah penutup bulan yang penuh berkah, sementara amal-amal perbuatan yang ditentukan oleh penutupnya. Karena itu do’a Nabi Muhammad Saw adalah:
 اَللّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِيْ يَوْمَ أَلْقَاكَ وَخَيْرَ عُمْرِيْ أَوَاخِرَهُ وَخَيْرَ عَمَلِيْ خَوَاتِمَهُ                      
Ya Alloh, jadikanlah sebaik-baik hariku adalah hari ketika aku menghadap-Mu, sebaik-baik umurku adalah pada akhirnya, dan sebaik-baik amalku adalah penutupnya.”
Kedua: Malam lailatul qodar yang penuh keberkahan dan keutamaan lebih mungkin terjadi pada hari-hari ini. Bahkan banyak hadist shahih mengatakan bahwa lailatul qodar terdapat di 10 hari terakhir romadhon.

sumber ; http://buletin.alkhoirot.com

Selasa, 09 Agustus 2011

PKS Selogiri bubar

Dalam rangka mengisi aktivitas di bulan ramadhan tahun ini, PKS DPC Selogiri akhirnya "bubar" (buka bersama). Kegiatan ini dilaksanakan di rumah Sekjen PKS DPC Selogiri (Riyadi,S.Pd.). Acara dimulai dengan pembukaan dan dilanjutkan tilawatil Qur'an oleh Ustadz Wahyudi. Kemudian dilanjutkan beberapa taujih oleh pihak DPD PKS Wonogiri.
Acara ini dihadiri kurang lebih 50 an pengurus, kader, simpatisan maupun undangan. Dalam acara tersebut juga dibacakan struktur baru pengurus DPC PKS Selogiri yang baru.

Kamis, 14 Juli 2011

Tips Persiapan bulan Ramadhan

Pertama, I'dad Ruhi Imani, yakni persiapan ruh keimanan.
Orang � orang yang saleh biasa melakukan persiapan ini seawal mungkin sebelum datang Ramadhan. Bahkan mereka sudah merindukan kedatangannya sejak bulan Rajab dan Sya'ban. Biasanya mereka berdoa : "Ya Allah, berikanlah kepada kami keberkatan pada bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami kepada Ramadhan."
Dalam rangka persiapan ruh keimanan itu, dalam surah At-Taubah Allah melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kedzhaliman sejak bulan Rajab. Tapi bukan berarti di bulan lain dibolehkan. Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Rajab kadar keimanan kita sudah meningkat. Boleh dikiaskan,bulan Rajab dan Sya'ban adalah masa pemanasan (warming up),sehingga ketika memasuki Ramadhan kita sudah bisa bisa menjalani ibadah shaum dan sebagainya itu bak sudah terbiasa.
Kedua, adalah I'dad Jasadi, yakni persiapan fisik.
Untuk memasuki Ramadhan kita memerlukan fisik yang lebih prima dari biasanya. Sebab, jika fisik lemah, bisa-bisa kemuliaan yang dilimpahkan Allah pada bulan Ramadhan tidak dapat kita raih secara optimal. Maka, sejak bulan Rajab Rasulullah dan para sahabat membiasakan diri melatih fisik dan mental dengan melakukan puasa sunnah, banyak berinteraksi dengan al-Qur'an, biasa bangun malam (qiyamul-lail), dan meningkatkan aktivitas saat berkecimpung dalam gerak dinamika masyarakat.
Ketiga, adalah I'dad Maliyah, yakni persiapan harta.
Jangan salah faham, persiapan harta bukan untuk membeli keperluan buka puasa atau hidangan lebaran sebagaimana tradisi kita selama ini. Memersiapkan harta adalah untuk melipatgandakan sedekah, karena Ramadhanpun merupakan bulan memperbanyak sedekah. Pahala bersedekah pada bulan ini berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan biasa.
Keempat, adalah I'dad Fikri wa Ilmi, yakni persiapan intelektual dan keilmuan.
Agar ibadah Ramadhan bisa optimal, diperlukan bekal wawasan dan tashawur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan. Caranya dengan membaca berbagai bahan rujukan dan menghadiri majelis ilmu tentang Ramadhan. Kegiatan ini berguna untuk mengarahkan kita agar beribadah sesuai tuntunan Rasulullah SAW, selama Ramadhan.  Menghafal ayat-ayat dan doa-doa yang berkait dengan perlbagai jenis ibadah, atau menguasai berbagai masalah dalam fiqh puasa, juga penting untuk dipersiapkan.
Semoga persiapan kita mengantarkan ibadah shaum dan berbagai ibadah lainnya, sebagai yang terbaik dalam sejarah Ramadhan yang pernah kita lalui. Aamiin.

Sumber Tips : Panduan Ibadah Puasa Ramadhan, Badan Kebajikan Kakitangan Islam, Pembadanan Produktiviti Negara, Malaysia
http://www.abatasa.com/pustaka/detail/tips/528/

Jumat, 24 Juni 2011

.:pertumbuhan berkesinambungan:.

Oleh Anis Matta*
Ketika Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya, ia hanya seorang diri. Beberapa tahun kemudian, tepatnya 23 tahun saat beliau melaksanakan hajjatul wada', kaum Muslim telah berjumlah sekitar 100 sampai 125 ribu orang dalam berbagai riwayat. Dengan jumlah penduduk dunia ketika itu sekitar 100 juta orang, maka rasio kaum Muslim terhadap penduduk dunia adalah 1 per 1000 orang.

Sekarang, sekitar 1500 tahun kemudian, jumlah kaum Muslim telah bertumbuh tanpa henti dan menjadi 1,5 milyar hingga 1,9 milyar. Bayangkanlah bagaimana rasio itu bertumbuh dari 1 per 1000 menjadi 1 per lima dalam kurun waktu 1500 tahun.

Islam sebagai agama bekerja dalam skala waktu sejarah, bukan dalam skala waktu individu atau umat. Ia terus akan bertumbuh hingga tak satu pun jengkal bumi yang tidak dijangkaunya dan tak satu pun manusia yang tidak mendengar nama Allah disebutkan. Pertumbuhan berkesinambungan adalah ciri utamanya.

Kesadaran akan waktu bukan saja menumbuhkan kemampuan berpikir sekuensial dan kesadaran akan efek akumulasi, tapi juga pada makna pertumbuhan sebagai cara mengukur kekuatan dan prospek dari sebuah ide atau kerja. Kekuatan substansial dari sebuah ide atau kerja selalu dapat diukur dari kemampuannya untuk bertumbuh secara berkesinambungan.

Berapa banyak ideologi dan gerakan dalam sejarah manusia yang lahir, tumbuh dan mekar lalu mati dalam kurun waktu yang singkat. Misalnya komunisme. Semula gegap gempita tentang komunisme sejak awal ia lahir sebagai sebuah ideologi hingga berkembang pesat dengan dukungan sebuah imperium besar tak sanggup membuatnya berumur lebih dari satu abad.

Umur ideologi dan gerakan, apapun bentuknya, selalu ditentukan oleh kekuatan substansialnya untuk bertumbuh secara berkesinambungan. Sebab ini menentukan dalam skala waktu apa ideologi dan gerakan itu bekerja. Ideologi dan gerakan yang tidak punya potensi pertumbuhan berkesinambungan biasanya hanya akan bekerja dalam skala waktu individu, atau paling jauh, dalam skala waktu komunitas.

Pertumbuhan berkesinambungan adalah alat ukur sejarah. Sebab hanya ideologi dan gerakan yang bekerja dalam skala waktu sejarah yang akan bisa bertumbuh secara berkesinambungan. Itu sebabnya mengapa Qur'an memberi ruang yang begitu luas untuk membicarakan sejarah; biar semua kita sadar bahwa hanya ketika kita bekerja dalam skala waktu sejarah kita punya peluang untuk bertumbuh tanpa henti.** 



sumber:http://pkspiyungan.blogspot.com/2011/04/anis-matta-pertumbuhan-berkesinambungan.html

Rabu, 15 Juni 2011

Tradisi Ilimah yang mengubah keragaman menjadi Produktivitas

Disarikan dari buku "Menikmati Demokrasi" karya Anis Mata 

Karena sebuah gagasan terkadang harus diuji di lapangan dan perlu waktu. Tapi membuat seseorang mentoleransi orang lain adalah menunjukkan keluasan ilmu dan wawasannya. Itu yang membantunya memahami orang secara tepat. Memahami alasan-alasan yang mendorong seseorang memiliki sebuah sikap. Mengokohkan Tradisi Ilmiah Beberapa ciri tradisi ilmiah yang kokoh, yang dapat mengubah keragaman menjadi produktivitas kolektif:
1. berbicara dan bekerja berdasarkan ilmu pengetahuan, 
2. tidak bersikap apriori dan tidak memberikan penilaian terhadap sesuatu sebelum mengetahuinya dengan akurat
3. selalu membandingkan pendapatnya dengan pendapat kedua dan ketiga sebelum menyimpulkan atau mengambil keputusan, 
4. mendengar lebih banyak daripada berbicara,
5. gemar membaca dan secara sadar menyediakan waktu khusus untuk itu,
6. lebih banyak diam dan menikmati saat-saat perenungan dan kesendirian,
7. selalu mendekati permasalahan secara komprehensif, integral, obyektif dan proporsional, 
8. gemar berdiskusi dan proaktif dalam mengembangkan wacana, ide-ide tapi tidak suka berdebat kusir,
9. berorientasi pada kebenaran dalam diskusi dan bukan pada kemenangan,
10. berusaha mempertahankan sikap dingin dalam bereaksi terhadap sesuatu dan tidak bersikap emosional serta meledak-ledak, 
11. berfikir secara sistematis dan berbicara secara teratur,  
12. tidak pernah merasa berilmu secara permanen dan karenanya selalu ingin belajar
13. menyenangi hal-hal yang baru dan menikmati tantangan serta perubahan
14. rendah hati dan bersedia menerma kesalahan,
15.lapang dada dan toleran dalam perbedaan,
16.memikirkan ulang gagasannya sendiri atau gagasan oang lain dan senantiasa menguji kebenarannya,
17.selalu memikirkan gagasan-gagasan baru secara produktif .

Senin, 13 Juni 2011

10 Pribadi Muslim

10 Muwashofat seorang muslim
Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt.
1. Salimul Aqidah (Good Faith)
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:
2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (Strong Character)
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).
4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya.
5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)
Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219)
6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’
8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi.
10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.
Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

Kamis, 09 Juni 2011

Taujih Cerdas dan Mencerdaskan

By : Anis Mata
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ikhwah sekalian, sebelum saya memulai taujih ini. Saya pertama-tama ingin menyampaikan salam dari ikhwah kita semuanya di Kalimantan Timur. Karena saya baru saja mendarat dari Kalimantan Timur menjelang maghrib dan langsung ke tempat ini.
Walaupun di semua survey sebelumnya mereka hanya ditetapkan di nomor dua, tetapi Alhamdulillah dalam Pilkada kemarin mereka berhasil masuk di nomor satu (sementara). Cuma karena belum cukup 30%, maka harus bertarung lagi dalam putaran ke dua. Tapi kita berharap Insya Allah, gelombang kemenangan ini seperti gelombang yang tadi kita saksikan di sini yang sedang melanda lautan besar Indonesia.
Ikhwah sekalian, kalau hanya sekedar untuk mengantarkan 131 caleg ke kursi DPR-RI atau beberapa orang ke kursi Kabinet, lalu kita hadir dan menginap di sini berlelah-lelah, rasanya amal siyasiy itu terlalu sederhana. Kalau hanya untuk sekedar mendapatkan kebanggaan sejarah, karena kita memenangkan pemilu 2004 dan akan memenangkan pemilu 2009, rasanya kelelahan-kelelahan kita ini menjadi pekerjaan yang terlalu sederhana. Kita perlu menegaskan ini semuanya, karena pada dasarnya tujuan kita -ikhwah sekalian- jauh lebih suci, jauh lebih mulia dan jauh lebih besar dari pada sekedar itu semuanya.
Kita ingin memenangkan pemilu ini karena merupakan bagian dari tahqiqul ‘ubudiyah, cara kita merealisasikan ibadah kepada Allah SWT. Dan bagian yang paling penting dari tahqiqul ‘ubudiyah itu adalah tahqiqul muradillah, merealisasikan kehendak-kehendak Allah SWT dimuka bumi ini. Dan kehendak-kehendak Allah itu -ikhwah sekalian- secara eksplisit dinyatakan dalam apa yang disebut oleh ulama-ulama sebagai maqashidu syari’ah, tujuan-tujuan dasar syari’at itu diturunkan. Mulai dari menjaga nyawa, menjaga harta, menjaga kehormatan, menjaga akal. Semua itu merupakan maqashidus syari’ah yang dengan menegakkannya, maka kita melakukan suatu hal yang merupakan tujuan hidup kita yaitu tahqiqul ‘ubudiyah. Dan dengan menegakkan maqashidu syari’ah itu -ikhwah sekalian- mudah-mudahan kita telah merealisasikan derivasi selanjutnya dari ma’na ‘ubudiyah yaitu isti’marul ardh (memakmurkan bumi). Risalah ini menjadi jauh lebih penting bagi kita semuanya, terutama karena pemilu 2009 akan berlangsung di saat negeri kita -sekali lagi- mengalami krisis besar yang mungkin bisa lebih besar dari krisis pada tahun 1997.
Oleh karena itu kemenangan kita pada tahun 2009 -ikhwah sekaliah- bukan hanya merupakan faridhah syar’iyah, bukan hanya merupakan kewajiban syari’ah, tapi juga merupakan dharurah wathaniyah, merupakan suatu keharusan dan keniscayaan nasional. Karena kemenangan kita pada tahun 2009 yang akan datang adalah suatu rangkaian proses penyelamatan bagi bangsa Indonesia.
Ikhwah sekalian, sepuluh tahun sudah kita mendobrak sistem otoriter. Dan memulai sebuah kehidupan baru dalam suatu bingkai sistem demokrasi. Tapi sampai saat ini sebagaimana demokrasi pada masa Sukarno gagal menciptakan kesejahteraan. Dan kesejahteraan pada masa orde baru harus dibayar dengan menghilangkan demokrasi. Sepuluh tahun masa reformasi ini adalah tahun-tahun kegelisahan, tahun-tahun pencarian, tahun-tahun dimana kita semua menyatakan pemberontakan. Tetapi tidak benar-benar tahu kemana seharusnya kita melangkah. Tahun-tahun dimana kita menyatakan ada enam visi reformasi mahasiswa, tetapi pada waktu yang sama sepuluh tahun kemudian kita menyaksikan bahwa visi itu sampai saat ini belum juga terealisasi. Tapi kita semua -ikhwah sekalian- bertanggung jawab secara moral. Karena kitalah yang mendobrak sistem itu. Kita yang menghancurkan dan menjatuhkan sistem itu. Lalu kemudian menggantinya dengan sistem yang baru. Tidak ada yang salah dengan sistem ini, yang salah adalah karena yang terjadi adalah bahwa syarat-syarat kebangkitan sebuah bangsa, sebagaimana yang kita pelajari dalam doktrin-doktrin dakwah kita belum sepenuhnya terpenuhi. Syarat pertama dalam kebangkitan suatu umat dalam doktrin dakwah kita adalah al-yaqizhatur ruhiyah (kebangkitan spiritual). Syarat yang kedua adalah al-wa’yul fikri (kesadaran pemikiran), adanya agenda, adanya manhaj yang jelas dalam bekerja. Dan syarat yang ketiga adalah al-qiyadatul qawiyah (kepemimpinan yang kuat).
Sepuluh tahun reformasi ini adalah sepuluh tahun kegelisahan. Karena kita semua berhasil membangkitkan masyarakat Indonesia untuk menyatakan kekecewaannya kepada sebuah rezim dan mengakhiri rezim itu dan kemudian berusaha bersama memulai suatu hidup baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Ikhwah sekalian,
Ada keinginan yang kuat pada seluruh masyarakat. Tetapi seperti orang yang baru saja bangun, kita belum berwudlu. Kita baru bangun dan baru meninggalkan tempat tidur, baru membuka mata dan baru berjalan terseok-seok. Bahkan menghadapi kenaikan harga BBM dunia pun, kita tidak tahu bagaimana caranya. Tetapi ikhwah sekalian, kebangkitan telah kita mulai pada jalurnya yang benar. Oleh karena kegelisahan itu adalah awal dari kebangkitan itu, dan kegelisahan itu tampak besar adalah wajah dari al-yaqizhatur ruhiyah (kebangkitan spiritual). Kita sudah mempunyai agenda; ada apa yang kita sebut dengan visi reformasi. Tahun ini juga kita mengeluarkan platform perjuangan kita untuk menegakkan masyarakat madani. Tetapi syarat untuk kebangkitan yang total belum sepenuhnya terpenuhi, karena masih ada syarat yang ketiga yaitu munculnya al-qiyadatul qawiyah (kepemimpinan yang kuat). Mudah-mudahan tahun 2009 itu adalah saat dimana kita menyempurnakan syarat ketiga dari kebangkitan kita semuanya di Indonesia, Insya Allah.
Oleh karena itu ikhwah sekalian, kita di TPPN sejak awal ingin menegaskan jargon ini. Begitu kita memperingati Milad ke 10 PKS, kita mengingatkan antum semuanya kepada angka-angka ini. Sepuluh tahun PKS, Sepuluh tahun reformasi dan Seratus tahun kebangkitan nasional. Ini adalah apa yang disebut oleh Sayid Quthb dalam banyak tulisan-tulisan beliau sebagai ash-shudfatul maqdurah (kebetulan yang ditakdirkan). Sepuluh tahun kelahiran PKS adalah sepuluh tahun kegelisahan dan sepuluh tahun pembelajaran dan juga sepuluh tahun reformasi. Sepuluh tahun reformasi adalah juga sepuluh tahun kegelisahan. Ada visi tapi tidak ada yang terealisasi. Lalu kita mengingatkan antum semuanya, bahwa jika sepuluh dikali sepuluh itu maka kita akan mendapatkan angka seratus. Seratus kebangkitan nasional yang lalu. Untuk kita mulai suatu usaha baru seratus tahun Indonesia masa depan.
Ikhwah sekalian,
Seratus tahun yang lalu ceritanya persis sama seperti cerita kita malam ini. Juga adalah cerita kegelisahan. Budi Utomo, Syarikat Islam dan ormas-ormas Islam, ormas-ormas nasional yang lainnya pada waktu itu semuanya adalah ungkapan-ungkapan kegelisahan. Ada kesadaran yang begitu kuat di dalam jiwa mereka bahwasanya mereka adalah satu bangsa yang utuh. Mereka tahu namanya dan juga mereka tahu rasanya, tetapi mereka belum terlalu fasih membahasakannya. Pada tahun 1928 Sumpah Pemuda mengejawantahkan semangat itu kembali dalam sumpah yang singkat tetapi jelas menyatakan identitas bangsa kita. Dan dari situlah dimulai sebuah revolusi. Ujung dari revolusi itu adalah kemerdekaan kita pada tahun 1945. Tapi jika setelah kita merdeka dan kemudian kita berumur 63 tahun sebagai sebuah bangsa merdeka, tiba-tiba saja kita dikagetkan oleh sebuah fakta, kenapa bangsa ini pada usianya yang ke-63 tampak begitu tua dan lelah. Karena ikhwah sekalian, cita-cita mereka seratus tahun yang lalu sudah tercapai. Cita-cita mereka adalah mendirikan sebuah Negara, bangsa yang merdeka dan berdaulat dan itu sudah tercapai. Dan Imam Ghazali mengatakan “segala sesuatu yang sampai pada puncaknya, harus memulai kekurangannya”.
Oleh karena itu, ikhwah sekalian, pentinglah kita menyadari suatu fakta, suatu hakikat besar di dalam sejarah bahwasanya jika cita-cita kita di dalam hidup itu kecil dan kemudian kita sudah mencapai cita-cita itu pada umumnya kita tidak lagi mempunyai sumber energy untuk bergerak. Bangsa ini setelah merdeka kehilangan sumber energy untuk bergerak, karena cita-citanya memang sudah tercapai kalau cita-cita kita hanya sekedar memerdekakan Indonesia, mengusir penjajah Belanda, Portugis atau Jepang dari bumi pertiwi Indonesia ini. Cita-cita itu adalah cita-cita yang terlalu sederhana. Itulah sebabnya Al-qur’an sejak awal menitipkan satu cita-cita besar tanpa batas kepada Nabi Muhammad SAW:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٢٨)
“dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba : 28)
Maka kebangkitan Indonesia di masa yang akan datang itu –ikhwah sekalian-, membutuhkan suatu sumber energy besar yang tidak terbatas. Dan sumber energy besar yang tidak terbatas itu adalah pada cita-cita kita semuanya. Dan cita-cita yang kita warisi dari sejarah Indonesia ini menurut saya tidak lagi memadai untuk membangkitkan bangsa ini sekarang. Kita memerlukan suatu narasi baru, satu ide baru, satu cita-cita baru yang melampaui wilayah Republik ini untuk merangkul seluruh wilayah umat manusia dimuka bumi ini. Itu sebabnya ikhwah sekalian, cita-cita kita semuanya jika kita perbesar untuk merangkul seluruh umat manusia, maka kita akan mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW tentang agama ini :
لاَ يَبْلُغَنَّ هذا الدِّينَ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ والنَّهَارُ
Agama ini akan sampai ke seluruh muka bumi ini, akan menjangkau seluruh umat manusia sepanjang siang dan malam menjangkau mereka.
Negeri kita ini membutuhkan sebuah cita-cita baru sebagai sumber energi mereka. Dan cita-cita itu adalah haruslah merupakan cita-cita kemanusiaan. Itu sebabnya, ikhwah sekalian, kebangkitan Indonesia sekarang ini membutuhkan sebuah ruh baru. Dan ruh baru itu adalah Partai Keadilan Sejahtera.
Ruh baru inilah yang hilang dari republik kita ini. Dan karena itulah kita berjalan tertatih-tatih. Ruh baru inilah yang diperlukan oleh negeri kita sekarang, oleh seluruh masyarakat kita sekarang. Ruh baru inilah yang dibutuhkan mereka untuk mengalirkan energi baru kepada mereka. Energi untuk bergerak kembali seperti sebagai sebuah bangsa besar. Tetapi kita tidak bisa mengalirkan energi ini kecuali kalau kita memenuhi syarat kebangkitan ketiga yaitu mengakselerasi dan mempercepat munculnya al-qiyadah al-qawiyah (kepemimpinan yang kuat) di republik kita ini.
Ikhwah sekalian, saya mengatakan kepada ikhwah-ikhwah kita di Kaltim. Tahukah antum semuanya mengapa kita perlu memenangkan Pilkada di Kaltim? Karena sepertiga pendapatan negara kita berasal dari propinsi ini dengan penduduk hanya sekitar tiga jutaan dan pemilih 2,2 Juta. Wilayah ini adalah salah satu zona ekonomi besar tetapi mungkin kecil secara skala politik. Tetapi dengan memenangkan wilayah ini, antum melakukan suatu hal yang sangat fundamental dalam tujuan maqashidus syari’ah yaitu hifzhul maal (menjaga harta negara kita).
Kemudian saya mendapatkan informasi begitu banyak, dan saya kira antum tahu semuanya. Betapa kayanya negeri itu. Tetapi saya berjalan dari Balik papan ke Samarinda bolak balik, siang dan di malam hari di atas jalan-jalan yang semuanya sudah rusak dan sama sekali tidak nyaman untuk kita lalui. Lalu saya teringat kepada salah satu kalimat Umar bin Khatthab : “Jika ada seekor keledai yang jatuh di jalan-jalan Irak, maka saya akan ditanya oleh Allah SWT di hari akhirat. Mengapa kamu tidak memperbaiki jalan yang ada di Irak itu?”
Jadi Ikhwah sekalian, negeri kita ini adalah negeri ironi. Dan kebangkitan spiritual yang sudah kita miliki itu sejak tahun 80-an ketika kita memulai dakwah, tahun 90-an ketika kita mengembangkan dakwah kita dan membangun basis sosial tidaklah memadai kecuali kemudian kita memperbesar kerangka kita kembali dan merebut semua bagian hati bangsa Indonesia untuk kemudian mengambil kepercayaan besar mereka. Dan berada di garda depan menyelamatkan kehidupan bangsa yang besar ini.
Ikhwah sekalian, dalam semangat seperti itulah harusnya kita memahami kenapa kita harus memenangkan Pemilu 2009. Di tempat ini juga pada waktu kita melakukan kemah peduli pada tahun 2007 yang lalu. Saya menyatakan tentang tiga cita-cita kita, yang kita kuantifikasi dalam angka-angka. Ada yang apa kita sebut dengan cita-cita politik yang angkanya adalah 20%. Ada yang kita sebut dengan cita-cita dakwah, apabila gabungan suara partai-partai Islam ini sudah melampaui 50%. Dan ada yang kita sebut dengan cita-cita peradaban, apabila kita berhasil menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dunia Islam dan front liner saudara tertua Islam yang berada di baris depan berhadap-hadapan dengan peradaban lainnya. Dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi kiblat peradaban kemanusiaan baru.
Itulah sebabnya ikhwah sekalian, walaupun berada dibawah penjajahan Inggris. Dalam keadaan yang sangat sulit, kita belajar dari satu fakta sejarah dari Imam Syahid Hasan Al-Banna ketika beliau mengatakan tentang tujuh tujuah dakwah kita, dimana yang terakhir adalah ustadziyatul ‘alam. Bisakah antum membayangkan bahwa buruh-buruh, para petani, para nelayan, orang-orang papa dan nestapa di Mesir yang miskin, yang dihadapi oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna, yang tua dan renta. Diperkenalkan kepada mereka ma’na Islam pertama kali dan tujuan besar peradaban mereka ketika mereka masih hidup dibawah penjajahan. Lalu kepada mereka disampaikan doktrin bahwa pada suatu waktu kalian semuanya mempunyai satu tugas suci menjadi soko guru peradaban dunia. Bisakah kita membayangkan, apakah yang ada dalam pikiran Imam Syahid Hasan Al-Banna ketika itu? Dan apa yang ada di benak para petani, para buruh dan nelayan?
Dan sekarang ini tampak seperti eutopia, ketika PKS hanya 7, 34% lalu bercita-cita naik menjadi 20% dan tiba-tiba mempunyai mimpi besar menjadi pemimpin peradaban manusia. Ini bukan eutopia! Karena ikhwah sekalian kita ini (di PKS ini) mempunyai suatu tradisi kesadaran. Kita menyadari apa yang disebut oleh Rasulullah SAW: Rahimallahu man ‘arafa qadra nafsih. Allah merahmati kepada orang-orang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya. Karena itu pada tahun 1997 kita membuat Rinja (Rencana Induk Jama’ah). Dan kita baru bercita-cita mendirikan partai pada tahun 2010. Tetapi Allah mempercepat target itu dan menjadikannya satu tahun kemudian dimana kita mendirikan partai pada tahun 1998. Sekarang dalam hitungan-hitungan normal, kita baru berfikir untuk melangkah menuju kepemimpinan nasional pada tahun 2014. Tetapi tampaknya Allah SWT mengirimkan tanda-tanda alam, tanda-tanda peradaban dan tanda-tanda kemanusiaan, juga tanda-tanda sejarah. Bahwa waktu yang kita rencanakan itu tampaknya akan dipercepat oleh Allah SWT.
Itulah yang bisa kita tafsirkan secara ijabiyah (positif) dalam perspektif dakwah kita ketika Allah memberikan kemenangan di Jawa Barat, di Sumatera Utara dan juga tiba-tiba di Kalimantan Timur. Berkali-kali ikhwah di Kalimantan Timur datang menemui kami di TPPN dan menyatakan bahwa di dalam survey mereka hanya di nomor 2. Tapi ketika saya kampanye di sana pada hari pertama, saya tiba-tiba merasakan bahwa ada aroma kemenangan yang tidak mereka cium sepenuhnya. Sejak itu kita sepenuhnya mengirimkan tim dari DPP, mulai membackup mereka secara full. Karena itu memang koalisi partai-partai kecil. Dan tiba-tiba saja dalam waktu yang sangat singkat peta politik di Kalimantan Timur berubah secara total.
Jadi ibarat gelombang –ikhwah sekalian- gelombang ini sedang datang. Ada pasang dalam sejarah kita saat ini. Dan oleh karena itu walaupun dengan segala kerendahan hati, kita mungkin tidak terlalu siap. Tetapi yang sangat kita khawatirkan adalah terulangnya seperti apa yang dikatakan oleh beberapa ikhwah di Jawa Barat. “Memang kami kalah dalam semua survey, tapi kami sangat khawatir dimenangkan oleh Allah SWT”. Kita juga khawatir –ikhwah sekalian- jangan-jangan kita hanya berniat masuk 3 besar, mendapatkan 20%. Tapi tiba-tiba Allah SWT mengubah peta politik kita ini dan menjadikannya lebih dari pada apa yang kita harapkan. Dan karena itu ikhwah sekalian, mental kita haruslah kita siapkan. Sebagaimana pada tahun 1997, ketika tiba-tiba mata kita terbelalak, bahwa pada tahun 1998 kita harus tiba-tiba mendirikan partai politik. Tanpa pengalaman, tanpa pengetahuan. Tetapi Allah SWT memberikan kepada kita syarat yang sering saya ulangi, niat yang baik dan kemauan belajar itu cukup untuk memimpin.
Jadi ikhwah sekalian, kita harus menghilangkan dan kita harus mulai menswitch, memindahkan, mentransformasi mental kita. Bahwa sementara kita mempunyai target-target yang sekarang kita tetapkan. Tampaknya Allah SWT mengirimkan tanda-tanda yang lain dan karena itu mental kitapun harus kita persiapkan. Dan supaya mental kita itu harus kita siapkan, perlulah kita merubah beberapa paradigma di dalam pikiran kita. Yang selalu saya ulang-ulang dan sering saya sebut sebagai polisi tidur. Yang menghambat lajunya kita bergerak. Karena ikhwah sekalian kita ini (PKS ini) ibarat mobil, engine (kekuatannya) itu adalah 5000 cc, sopirnya jelas, penumpangnya jelas, tujuannya jelas, rutenya juga jelas, dilengkapi dengan GPS, semua sudah pasang seatbelt. Kita sedang akan masuk ke highway (jalan tol). Tetapi jika kendaraan besar ini, yang CC-nya besar ini disertai dengan jalanan yang mulus ini tidak berpadu maka akan ada masalah. Kita tidak akan sepenuhnya efektif. Dan karena itu perlu kita hilangkan polisi tidur ini.
Polisi tidur yang pertama ini adalah ‘uqdatul khaufi minan nashr (sindrom ketakutan untuk menang). Ada banyak ikhwah kita semuanya yang merasakan sindrom ketakutan ini. Takut untuk menang. Mereka takut menang karena merasa bahwasanya kemampuan kita belum memadai untuk memimpin republik ini. Itu ada benarnya, kalau kita benar-benar ingin rendah hati dan jujur di depan Allah SWT. Tetapi ikhwah sekalian, Allah itu tidak menurunkan ilmu sekaligus. Allah menurunkan ilmu bertahap-tahap.
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا (٨٥)
“….. dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (al-isra : 85).
Dan sebagian dari cara Allah SWT menurunkan ilmu adalah melalui benturan-benturan, melalui pengalaman-pengalaman, melalui kesalahan-kesalahan dan melalui amal. Dan karena itu Allah mengatakan kepada kita tentang cara Allah mengajar :
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ
Bertakwalah kamu kepada Allah, nanti Allah yang akan mengajarkan kamu ilmu-ilmu. (al-baqoroh : 282)
Kita semua –ikhwah sekalian- tidak pernah tahu bagaimana mengelola dewan. Karena memang kita tidak punya pengalaman. Tapi hanya beberapa saat ketika kita masuk ke dewan, kita tahu bagaimana cara mengelolanya. Pimpinan partai ini –ikhwah sekalian- pada periode yang lalu, tidak satupun di antara mereka yang profesor-doktor dalam bidang ilmu politik. Tidak ada satupun di antara mereka yang profesor-doktor dalam bidang hukum tata negara, profesor-doktor dalam ilmu pemerintahan. Ada doktor dalam bidang akidah spesialis dalam aliran-aliran sesat, ada doctor dalam perbandingan madzhab. Tapi ketika beliau menjadi ketua MPR, bisa juga beliau menjalankan amanah itu dengan baik. Dan ketika doktor menjadi dubes, bisa juga beliau menjalan amanah itu lebih baik dari para pendahulunya.
Jadi ikhwah sekalian, Allah mengajarkan kita ilmu itu sedikit demi sedikit. Bisa antum bayangkan bumi yang bulat ini pada mulanya hanya dihuni oleh dua orang yang namanya Adam dan Hawa. Beratus-ratus kemudian, tiba-tiba penduduknya menjadi enam milyard. Pada mulanya hanya dua orang. Bisakah antum membayangkan? Jangankan bumi yang luas ini, antum ada di Cibubur saja kalau cuma dua orang , bisa antum bayangkan ngerinya menghadapi malam. Tapi coba lihat cara Allah mengelola kehidupan. Yang pertama kali dilakukan Allah kepada Adam begitu turun ke bumi ini adalah pembelajaran.
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٣١)
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (al-baqorah : 31)
Semua benda, semua perbuatan, semua pikiran diberi nama dan satu persatu dipelajari. Ketika pertama kali adam dan hawa melakukan hubungan seksual, Hawa bertanya kepada Adam; Ya Adam, Ma hadzaa? (apa namanya ini). Kata Adam : hadzaa jima’ (ini namanya jima’). Kata Hawa : zidnii minhu (tambah lagi). Berkat pengajaran itulah kita hadir sekarang di sini.
Jadi ikhwah sekalian, yang kita perlukan dalam memimpin itu adalah niat baik dan kemauan belajar. Itu sebabnya saya selalu mengulang-ulangi kalimat ini. Bagaimana caranya kita menjadi pembelajar yang cepat. Jadi kita tidak perlu ragu-ragu. Saya bertemu dengan menteri yang bertanggung jawab dalam urusan minyak, karena dia minta dipahami oleh PKS. Saya bilang, “Bapak ini kan sudah delapan tahun menjadi menteri. Sejak tahun 2001 trend kenaikan harga minyak itu sudah luar biasa kelihatan. Kita tidak menyalahkan bapak karena menaikkan harga BBM. Yang kita salahkan itu karena bapak dari awal tidak mempunyai kebijakan energy. Itu saja masalahnya. Mau harga BBM naik itu adalah urusan dunia. Yang penting kita bisa survive dan itu yang tidak bapak pikirkan”.
Jadi ada gejolak yang terjadi di luar tetapi kita disini tidak pernah memikirkan antisipasinya. Padahal dulu Imam Abu Hanifah sudah pernah mengatakan, “Orang yang berilmu itu adalah orang yang menyiapkan jawaban sebelum dia diberi pertanyaan”. Jadi saya mengatakan bahwasanya protes besar pada pemerintah saat ini adalah badai yang dituai oleh pemerintah karena kemalasannya berfikir secara antisipatif menyediakan jawaban-jawaban, sikap-sikap, alternative-alternatif, kebijakan-kebijakan baru jika mereka menghadapi tantangan fluktuasi harga minyak dunia ini.
Dan sekarang ikhwah sekalian, Insya Allah salah satu bagian dari agenda kita yang terpenting nanti adalah begitu Partai Keadilan Sejahtera memimpin negeri ini, kita akan memunculkan apa yang kita sebut dengan New Economic Policy (kebijakan ekonomi baru). Saya bertemu dengan beberapa doktor ekonomi. Saya bilang, saya tidak terlalu ahli dalam ekonomi. Tetapi yang bisa saya pahami adalah hal-hal berikut ini. Ilmu ini adalah ilmu empiris. Dan yang namanya teori itu adalah kebenaran yang terulang-ulang. Yang kemudian dirumuskan, diformulasikan. Dia tidak ada sebelum pengalaman itu ada.
Teori itu adalah suatu rumusan atau suatu pengalaman. Dan apa yang kita pelajari dalam ilmu ekonomi makro dalam teori-teori makro ekonomi itu, pada mulanya adalah pengalaman rosevelt di Amerika. Ketika dia memimpin Amerika dalam sejarah, waktu Amerika menghadapi depresi ekonomi besar. Dan lucunya ikhwah sekalian, Rosevelt ini adalah satu-satunya presiden Amerika yang memimpin Amerika selama empat periode dan melanggar konstitusi Amerika. Dan orang ini lumpuh. Karena itu kalau beliau akan memberikan motivasi selalu menggunakan radio. Supaya tidak banyak orang yang tahu kalau dia itu lumpuh. Dia memang punya penasehat ekonomi yang namanya Kens. Tapi kemudian yang lebih penting adalah bahwa dia mempunyai suatu pengalaman yang kemudian dicatat dan diformulasi menjadi sebuah ilmu. Lalu orang perlahan-lahan mulai belajar bahwa ada sesuatu yang kita sebut dengan ekonomi makro.
Jadi kita kembalilah kepada persoalan ekonomi dasar ini. Ini adalah masalah yang sederhana, jangan dibikin rumit oleh para ilmuwan. Saya bilang kepada seorang ahli ekonomi yang sering muncul di TV, kalau teori itu adalah satu formulasi terhadap satu kebenaran yang terulang dalam praktek. Kan akhirnya teori itu sama seperti obat. Ada masa berlakunya. Apakah ibu yakin bahwa teori-teori ini, sekarang ini belum expired? Masih bisa kita pakai?. Saya hadir dalam suatu pertemuan dengan Goh Chok Tong (mantan perdana menteri Singapura) dalam acara pertemuan antara anggota parlemen muda dibawah empat puluh tahun Asia Timur dan Amerika Latin. Ada salah seorang peserta bertanya kepada Goh Chok Tong. Dia bilang, “Apa nasehat anda kepada kami di usia seperti kami”. Goh Chok Tong bilang, “Saya diutus oleh pemerintah Singapura belajar ke Amerika, Saya belajar di Harvard. Saya belajar ekonomi, belajar politik, belajar hukum, belajar semuanya. Begitu saya ke Singapura, saya tahu, saya menemukan fakta bahwa tidak satupun dari ilmu itu yang bisa saya pakai untuk mengatur Singapura. Dan saya benar-benar memulai belajar dari awal kembali”.
Jadi ikhwah sekalian, janganlah kita semuanya dibuat ragu oleh teori yang diperumit untuk masalah yang sebenarnya tidak terlalu rumit kalau kita benar-benar mau bekerja untuk rakyat kita semuanya. Dari dulu juga kita belajar dalam Sirah Nabawiyah, bahwa Bilal Bin Rabbah seorang budak. Pada suatu waktu pernah menjadi Gubernur di Syam dan kita tidak pernah menemukan suatu catatan dalam Sirah. Sejak kapan Bilal belajar di Lemhanas misalnya. Apalagi kuliah di Harvard. Yang kita temukan dalam fakta sejarah kita di Indonesia sekarang ini adalah bahwasanya negeri kita ini bangkrut di tangan para doktor-doktor itu semuanya. Bukan karena doktor negeri kita bangkrut, tapi saya ingin mengatakan bahwa itu sering kali tidak ada hubungannya.
Lebih dari itu persoalan masalah kompentensi tehnik itu yang kita perlukan. Yang lebih kita perlukan ikhwah sekalian adalah cara mengelola orang. Cara mengelola potensi-potensi terbaik bangsa ini. Dan Alhamdulillah kita di PKS ini mempunyai pengalaman yang sangat kaya dalam mengelola orang. Dan itu semuanya merupakan suatu modal yang cukup, jika kita memang benar-benar mendapatkan amanah memimpin bangsa ini. Jadi ikhwah sekalian kita tidak perlu ragu. Mengelola negara itu pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan mengelola SDIT. Dua-duanya adalah organisasi, sifat-sifat dasar pada organisasi itu sama pada kedua-duanya. SDIT punya bendahara, negara juga punya bendahara. Dulu sahabat Rasulullah ketika masuk ke Persi setelah menang dalam perang Qadisiyah, ada sahabat yang mendapat perak, dia tidak tahu kalau itu perak. Lalu dia makan, karena dia pikir bahwa itu garam. Tapi walaupun demikian mereka menjadi pemimpin peradaban. Apalagi antum semua adalah orang-orang yang terdidik. Tidak benar-benar mulai dari nol sama sekali. Karena itu, ikhwah sekalian. Sindrom ketakutan untuk menang ini yang disebabkan karena kita tidak percaya diri kepada kemampuan kita, itu perlu kita hilangkan pertama kali.
Yang kedua ikhwah sekalian yang membuat sindrom ini muncul adalah karena ada pemahaman yang berkembangan di kalangan kita semuanya dan menurut saya ini adalah pemahaman yang perlu kita luruskan. Kita perlu hati-hati pemahaman yang selalu memisahkan antara tarbiyah dengan politik. Kita perlu hati-hati menerjang kekuasaan karena itu adalah fitnah. Ikhwah sekalian, kekuasaan jelas adalah fitnah. Harta juga adalah fitnah, wanita juga adalah fitnah. Bukan hanya tiga ini, anak-anak juga adalah fitnah. Istri-istri kita juga semuanya adalah fitnah.
يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ
Wahai orang-orang yang beriman, ada diantara isteri-isteri dan anak-anak kamu yang merupakan musuh bagi kamu, maka hati-hatilah kepada mereka. (at-taghabun : 14)
Kalau antum pulang, jangan membawa satu potong ayat ini. Insya Allah antum akan berubah pandangan kepada isteri antum semuanya. Juga berubah cara antum memandang anak-anak.
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَ أَوْلاَدُكُمْ فِتْنَة
Sesungguhnya harta-harta kamu dan anak-anak kamu adalah fitnah. (at-taghabun ; 15)
Tapi coba kita lihat Rasulullah Saw. Ketika menyuruh kita menikah :
يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج
wahai pemuda barang siapa yang mampu menikah, maka menikahlah.
Yang belum menikah niatkan segera untuk menikah. Sebelum pemilu 2009. Karena Rasulullah Saw mengatakan :
سراركم عزابكم وسرار ماتاكم عزابكم
Yang paling buruk diantara kalian adalah yang bujangan dan seburuk-seburuk orang yang mati adalah yang mati dalam keadaan bujang.
Begitu kita menikah Rasulullah mengatakan : tanaakahu takaatsaruu, menikah dan perbanyaklah anak-anak kalian.
Khalid bin Walid ketika anak-anaknya semuanya meninggal karena diserang tha’un semua anaknya 42 meninggal sekaligus. Yang paling terakhir meninggal di kalangan sahabat rasulullah adalah Anas bin Malik, anaknya lebih dari 100 dan umurnya pun lebih dari 100 tahun. Dulu waktu Rasulullah hidup rasio umat Islam dengan penduduk bumi adalah 1 : 1000. Seribu lima ratus kemudian rasio penduduk muslim dengan muslim adalah 1:5.
Apa rahasia dari pertumbuhan demografi yang dahsyat ini? Bahkan beberapa bulan yang lalu vatikan secara resmi mengumumkan bahwa jika agama-agama Kristen itu tidak dianggap satu (maksudnya sekte-sektenya dipecah; katolik, protestan) maka agama terbesar didunia ini adalah Islam, terhitung sejak tahun ini. Jumlah penduduk Islam di seluruh dunia adalah 20%. dan umat katolik turun menjadi 17%. Memang kalau digabungkan semuanya umat Kristiani ini menjadi 33%. Saya ingin menjelaskan kepada antum rahasia dari pertumbuhan demografi ini. Sebagian dari rahasia pertumbuhan demografi itu adalah : tanaakahu takaatsaru fa innii mukatsiron bikumul umamaa yaumal qiyamah. Wanita itu adalah indah. Tapi al-qur’an mengatakan pada waktu yang sama: Fankihuu maa thaabaalakum minann nisa matsnaa wa tsulaatsa
Begitu juga dengan harta, begitu juga dengan kekuasaan. Jadi ikhwah sekalian kalau iqomatuddiin (menegakkan agama) itu adalah faridhah syar’iyyah.
وما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب
Wa maa laa yatimmul waajibu illa bihi fahuwa waajib.
Dimana bagian dari proses iqomatud diin itu adalah iqomatud dunya – iqomatud daulah. Maka iqomatud daulah itu menjadi wajib bagi kita semuanya. Dan kalau itu semuanya merupakan suatu kewajiban -ikhwah sekalian- maka tentu ada rahasia yang perlu kita ketahui di sini. Rahasianya adalah karena ini adalah perintah. Tetapi di dalam perintah ini terkandung jebakan yang banyak. Jebakan itu adalah fitnah. Oleh karena itu yang bisa memikul beban perintah ini adalah orang-orang kuat. Maka ketika Abu dzar al-ghifari datang kepada Rasulullah SAW : يا رسول الله وليني Yaa Rasulallah walliinii (jadikan aku gubernur ya rasulullah). Rasululah mengatakan :
يا أبا ذر إنك ضعيف إنها أمانة وإنما يوم القيامة لندامة
Yaa Abaa dzar innaka dha’iif, innahaa amanah wa innamaa yaumal qiyaamah lanadaamah. Wahai Abu dzar sesungguhnya engkau lemah dan sesungguhnya ini adalah amanah dan tentunya ini di hari kiamat menjadi sumber penyesalan. Jadi kita semua ikhwah sekalian sedang memikul amanah yang sangat berat. Dan itu sebabnya Ibnu Taimiyah dalam as-siyaasah asy-syar’iyyah mengungkapkan
أفضل الأعمال الصالحة الأخذ بالولاية
afdhalul al-a’maala shalihah al-akhdzu bil wilayah
(amal shaleh yang paling afdhal adalah merebut kekuasaan).
Jadi antum sekarang -ikhwah sekalian- ada diambang pekerjaan amal shaleh yang paling afdhal itu. Sekarang coba antum lihat konflik apakah yang terjadi dikalangan sahabat begitu Rasulullah Saw wafat. Yaitu Bani Tsaqifah. Dan salah seorang pembesar Anshar itu, bahkan meninggal tidak sempat membai’at Abu Bakar. Tetapi ini semuanya memberikan kita kesadaran, bahwa ketika Ibnu Taimiyah mengatakan bahwasanya afdhalul al-a’maala shalihah al-akhdzu bil wilayah (amal shaleh yang paling baik adalah merebut kekuasaan). Dia juga tahu bahwasanya di dalam perintah ini terkandung banyak jebakan dan hanya orang kuat yang benar-benar bisa lolos di sini. Memiliki anak yang banyak –ikhwah sekalian- itu beban. Yang hanya bisa dipikul oleh orang-orang kuat. Begitu juga yang lain-lainnya.
Ikhwah sekalian, oleh karena itu pengingatan Qur’an ini tentang adanya unsur fitnah dan jebakan di dalamnya ini; di dalam kekuasaan, di dalam harta, di dalam wanita dan lain-lainnya semuanya itu peringatan. Ini sama sekali tidak mengandung unsur larangan, melainkan disertai dengan perintah. Tetapi peringatan ini penting untuk diberikan kepada kita semuanya. Supaya kita tidak mengubah apa yang sebenarnya yang merupakan sarana ini menjadi tujuan. Itu adalah intinya.
Maka, negara itu adalah alat yang kita perlukan. Harta itu juga alat bukan tujuan. Kita memerlukan hal itu sebagai sumber daya. Karena kita semua mengetahui suatu kaidah: Innallaha layaza’u bi shulthoni ma laa yaza’uhu bil qur’an. Sesungguhnya Allah bisa memberlakukan kehendaknya dengan kekuasaan, sesuatu yang tidak diberlakukannya dengan hanya al-qur’an. Inilah polisi tidur pertama yang harus kita hilangkan dari pikiran kita semua.
Polisi tidur yang kedua yang harus kita hilangkan dari pikiran kita semuanya adalah ‘uqdatul khaufi minal ‘aduw (sindrom ketakutan kepada lawan). Karena kita berpikir partai-partai besar itu masih terlalu besar untuk kita lampaui. Tetapi ikhwah sekalian, perlahan-lahan saya kira sindrom ini mulai hilang dari kepala kita semuanya. Kita sudah mempunyai pengalaman dikeroyok 20 partai di Jakarta. Dan kita telah menunjukkan eksistensi kita bahwa kita mampu bertahan. Bahkan ikhwah sekalian setelah Pilkada Jakarta ini, banyak sekali orang yang datang kepada kita di PKS ini untuk meminta dukungan PKS. Bukan terutama untuk menang dalam Pilkada, tetapi terutama untuk merasakan romantika perjuangan seperti itu. Jadi mereka merasakan bagaimana caranya partai ini bisa bertahan. Partai-partai lain mengatakan ini PKS tahu bahwa mereka akan kalah dalam pilkada, tapi mereka tetap menyuruh kadernya untuk maju karena mereka sedang menguji daya tahan kader-kadernya sendiri.
Jadi ikhwah sekalian, kita di Jawa Barat itu sebenarnya cukup rendah hati. Kita hanya ingin mengambil wakil pada mulanya. Kita datang kepada bapak Dani Setiawan, tapi kita ditolak. Kita datang lagi bertemu pak Agum Gumelar, saya sendiri datang bersama Ketua Majelis Syura. Kita pun ditolak. Akhirnya kita bilang: “Ya Allah tawakkal ‘alallah kita maju”. Saya bilang saat itu kepada Ahmad Heriyawan: “Anggap saja ini kawin kampung”. Ini ada dua orang bikin pesta besar di gedung. Kita bikin di pinggir jalan.
Seperti lagunya Rhoma Irama: “Apa artinya malam minggu bagi orang yang tak mampu. Mau ke pesta tidak beruang, akhirnya nongkrong di pinggir jalan.” Cuma karena kita bisa bikin pesta pinggiran jalan ini lebih menarik, orang yang ada di gedung-gedung besar itu keluar dari gedung datang joget di pesta ini.
Ikhwah sekalian, apalagi ada lingkungan media, lingkungan hawa politik dan juga hawa sosial, ada semacam tuntutan baru dari kalangan masyarakat ini. Karena telah bosan menyaksikan kegagalan para pemimpin transisi ini. Begitu kita menang di Jawa Barat, begitu kita menang di Sumatera Utara, mengapa tiba-tiba muncul isunya adalah pemimpin muda? Karena itu benar-benar adalah suara hati nurani masyarakat. Oleh karena itu ikhwah sekalian, panggilan hati nurani masyarakat inilah yang harus kita jawab sekarang. Dan menurut saya sepuluh tahun pembelajaran dan sepuluh tahun performance politik dalam tahun-tahun yang sulit ini, cukuplah bagi kita untuk mengambil kesimpulan bahwa PKS lahir di tengah krisis, tumbuh di tengah krisis dan Insya Allah akan keluar sebagai pemimpin di tengah krisis.
Sindrom yang ketiga yang harus kita hilangkan dari pikiran kita semuanya adalah kita sering kali berfikir janganlah kita terlalu terburu-buru memimpin negara. Nanti kejadian FIS di Al-jazair akan terjadi. Bagaimana nanti kalau kita gagal? Bagaimana nanti kalau kita diboikot oleh kekuasaan asing adidaya di dunia ini? Kita juga semua tahu bahwa untuk memimpin republik ini diperlukan empat hal. Dalam platform politik: yang pertama adalah bahwa kita diterima oleh kekuatan-kekuatan adidaya khususnya Amerika dan Eropa. Yang kedua kita diterima oleh kekuatan regional seperti China, Australia, dan Asia. Yang ketiga kita diterima oleh kekuatan-kekuatan politik lain di negeri kita sendiri. Dan yang keempat kalau kita punya solusi ekonomi.
Tapi ikhwah sekalian, kemarin di Kalsel ada Bedah buku platform. Saya ditanya oleh salah seorang pegawai Bank Indonesia yang menjadi panelis dan mengkritik buku platform kita ini. Saya mengatakan kepada mereka bahwa kita dari sekarang ingin mengatakan kepada dunia. Bahwa mereka sama sekali tidak punya alasan menolak kehadiran Partai Keadilan Sejahtera. Itu sebabnya sejak tahun 2005 kita sudah memasukkan ini dalam poin keempat dalam visi PKS 2004-2009. Meningkatkan penerimaan internasional terhadap PKS. Dan Insya Allah ikhwah sekalian, alhamdulillah semua draft-draft ini sudah kita siapkan. Kita akan menunjukkan juga kepada dunia bahwasanya kita mampu bekerja sama dengan semua kekuatan-kekuatan dunia saat ini. Kita kemarin sudah kedatangan Partai Buruh dari Australia dan meminta untuk segera kita menandatangani MOU kita dengan mereka setelah kita datang ke sana pada tahun lalu. Dan Insya Allah ini akan kita lakukan pada tahap ketiga dari tahapan kerja TPPN. Kita juga sudah mendapatkan draft surat dan kita sudah jawab draft surat dari Partai Komunis Cina untuk menandatangani MOU dan kerjasama bersama. Kita sudah menyampaikan kepada mereka bahwa rombongan PKS, karena kita diundang tahun ini ke sana, akan datang ke Beijing Insya Allah pada bulan Oktober tahun ini. Kita juga sudah mempunyai rencana kunjungan Insya Allah ke Turki. Semua akan kita tunjukkan bahwa sengaja kita ambil sample ini; Australia, Cina dan Turki. Semuanya bisa bersatu dan bekerja sama dengan Partai Keadilan Sejahtera.
Dan dengan begini ikhwah sekalian, kita belajar dari salah satu siasat Rasulullah Saw sebelum fathu makkah. Sebelum fathu makkah itu pada tahun ke-7 terjadi perang Mu’tah. Perang Mu’tah itu ikhwah sekalian, adalah perang yang terjadi antara tiga ribu pasukan kaum muslimin melawan dua ratus ribu pasukan romawi. Itulah pertempuran pertama jazirah arab dengan romawi. Empat orang komandan lapangan disitu syahid semuanya; Ja’far bin Abi thalib, Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Rawahah dan seterusnya. Kemudian tongkat komando diambil alih oleh Khalid bin Walid. Khalid bin walid berusaha menarik mundur pasukan ini. Begitu beliau kembali ke madinah, Khalid bin Walid dilempari batu oleh anak-anak madinah karena dianggap lari dari perang. Tapi Rasulullah disaat itu justeru memberi gelar kepada Khalid bin Walid, Syaifullah al-mashub (pedang Allah yang terhunus). Dan satu tahun kemudian terjadilah fathu makkah itu. Itu adalah diplomasi, bahwa pada tahun ke tujuh itu jika kaum muslimin sudah berhasil melawan Romawi. Sebenarnya Rasulullah ingin menyampaikan pesan kepada Quraisy: lawan kami sekarang ini bukan lagi Quraisy tapi Romawi. Dan secara perlahan-lahan ikhwah sekalian, kita mencoba membangun partai kita ini sebagai satu institusi politik yang mempunyai kualifikasi dan standard global, Insya Allah. Dan karena antum memiliki semua kelayakan untuk memimpin negara kita di kemudian hari.
Ikhwah sekalian, sindrom-sindrom inilah yang harus kita hilangkan semua dari kepala kita semuanya. Dan jika sindrom ini kita hilangkan, mengertilah kita mengapa kita pula perlu menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiran kita semuanya untuk menang dalam pemilu 2009 nanti. Sekaligus pula kita perlu mengerti alasan yang mengharuskan kita menang. Bukan sekedar sebuah kebanggaan sejarah. Tetapi ini adalah suatu gerakan penyelamatan bangsa dan negara kita semuanya. Mudah-mudahan di tangan kita semuanya, di tangan-tangan yang setiap hari berwudlu ini. Di tangan-tangan yang setiap hari berwudlu dan mensucikan diri ini dan di depan / dihadapan wajah-wajah yang setiap hari bersujud ini. Insya Allah, Allah SWT membuka wajah Indonesia menjadi pusat peradaban dunia.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Disampaikan oleh ust Anis Matta Lc dalam Mutuwil DKI Jakarta, Mei 2008.

 

KABAR DPC

KIPRAH KEWANITAAN

KOLOM