Halaman

Jumat, 21 Juni 2013

Pilih Jokowi atau PKS?

Galau. Lagi-lagi galau. Kenapa galau? karena harus memilih antara Jokowi dan PKS. Jokowi memang membuat kepincut banyak orang termasuk saya. Gaya blusukan dan ndeso membuat ia semakin merakyat. Gaya bicara yang apa adanya juga fenomenal. Kadang menarik kadang kurang pertimbangan matang. Ia bak artis saat ini. Kemana-mana pasti menjadi berita. Gaya rambut pun jadi topik berita. Masuk lubang saluran air, naik ke atas pondasi bangunan, melihat bangungan rubuh saja terekspos oleh media. Seolah-olah media  menjadi teman akrab Jokowi.
jokowi pks
PKS oh PKS. Sayang sekali dia sedang terkena prahara nan panjang.  Badai-badai sepertinya lebih suka menyapa PKS daripada elite politik dari partai lain. Entah apa yang bagus dari pemberitaan itu karena PKS bukan apa-apa dibanding partai besar lainnya. Tapi saya juga kepincut. Kader-kadernya sudah sering blusukan, menyapa dan memberi bantuan terhadap masyarakat dimanapun PKS berada. Bakti sosial, tazkiyah bagi tetangga yang berduka, dan lain-lain. Saya tidak mampu menyebutkan program-program apa saja yang dilakukan PKS saking bejubel-nya. Tidak sekadar itu, pembinaan masyarakat dan pengajian juga lebih sering diadakan oleh PKS. Ia (tampaknya) tidak hanya membenahi ekonomi dan kesulitan masyarakat, tapi juga mengobati sumber kegalauan dan masalah itu. Ya… hati, agama dan kebahagiaan sejati.
Pilih Jokowi atau PKS? saya masih bingung. Jokowi memang figur yang bagus terlebih buat kota Jakarta yang semrawut. Tapi sayang seribu sayang, kok saya melihat ia ‘akan berpindah’ ke lain hati. Kalau orang sudah cinta itu dibilang, (maaf) berkhianat. Dia belum tuntas menunaikan amanah dan kepercayaan masyarakat DKI Jakarta menjadi Jakarta Baru. Tapi sudah banyak isu akan menjadi calon presiden atau wakilnya. Saya mau berpesan ke Pak Jokowi, janganlah mengumbar jabatan belaka. Pentingkanlah kesejahteraan masyarakat dan pembenahan Jakarta. Kartu Jakarta Sehat belum beres. Kartu Jakarta Pintar baru berjalan. Belum lagi, kasus-kasus rumah susun yang masih belum selesai. Pedagang Kaki Lima juga menunggu langkah Jokowi terkait usaha mereka di Jakarta. Soalnya banyak penggusuran di beberapa pasar dan pembersihan stasiun KA di jakarta.
PKS memang layak didukung sebagai partai. Walau tokohnya belum ada yang terlihat bakal maju memenuhi bursa calon presiden dan wakil pada pemilu 2014. Tapi partainya tetap memiliki tempat tersendiri di masyarakat. Walau media membadai, PKS tetap membersamai masyarakat dengan aksi-aksi sosial dan simpatiknya. Jokowi memang diusung oleh PDIP tetapi terlihat bekerja sendiri. Sedangkan PKS kemana-mana selalu terlihat kebersamaan dan persaudaraannya. Sungguh indah jika pemimpin-pemimpin negeri ini saling bekerja sama membangun bangsa. Pasti ga ada yang riweh seperti sidang DPR yang kadang ricuh.
Pilih Jokowi atau PKS? ini akan selalu menjadi pertanyaan hingga pemilu 2014.
Apakah benar Jokowi akan meninggalkan amanah gubernur DKI yang belum lama dan berbekas ini demi kursi presiden atau wakilnya? Atau PKS punya calon presiden atau wakil yang juga memberi harapan bagi Indonesia yang bermoral dan sejahtera.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/06/17/35384/pilih-jokowi-atau-pks/#ixzz2WomI5Z9K
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Rabu, 19 Juni 2013

.: RIYADI,S.Pd. - Sang Caleg Rendah Hati dari Selogiri - :.



Nama  Riyadi…saya berasal dari Sebuah dusun indah nan cantik Dusun Puluhan, Nambangan, Selogiri. Terlahir 31 tahun lalu dari Keluarga sederhana dengan 8 bersaudara dari seorang ibu perkasa nan sahaja  .Orangtua mencari  rizki dengan berdagang Bakso dan Jamu di Jakarta..Pahit getirnya kehidupan sudah kenyang kami sekeluarga rasakan, dengan himpitan kebutuhan keluarga besar menempa kami untuk terus berjuang memperbaiki ekonomi keluarga. Saya sebagai kakak ke-3 mempunyai tanggung jawab untuk  membimbing adik-adik, maka ketika sejak smp saya harus mandiri dengan berjualan untuk membantu ortu dan membiayai sekolah hingga Alhamdulillah saya bisa lulus kuliah. Berbekal pengalaman hidup dan berbagai tempaan organisasi ,maka saya mendapatkan amanah dari Partai PKS untuk maju menjadi CALEG DPRD Kabupaten Wonogiri di daerah Pemilihan 1( Selogiri, Wonogiri, Wuryantoro, Eromoko, Manyaran).
Dengan ini saya mohon doa restu panjenengan untuk bisa mendukung dan mencoblos kami dalam Pemilu Legeslatif 9 April 2014, Beribu terimaksih atas semuanya.Semoga Allah SWT membalas kebaikan Panjengan semuanya. Amiin



Visi
Menjadi Pelopor Gerakan masyarakat sejahtera, bermartabat dan bahagia dalam keanekaragaman yang di Ridloi ALLAH SWT

Misi
1.       Menyuarakan dan mengawal Aspirasi Rakyat Wonogiri
2.       Berperan aktif dalam Organisasi kemasyarakatan untuk membangun kebersamaan
3.       Membumikan Islam sebagai Rahmatan lil Alamin
4.       Mensinergikan program pemerintah untuk lebih pro-Rakyat
5.       Menggerakkan dan meningkatkan usaha-usaha ekonomi masyarakat agar lebih sejahtera
Janji Setia
Jika Allah SWT menghendaki Saya mengemban Amanah menjadi Wakil Rakyat Wonogiri atau Anggota DPRD Kabupaten Wonogiri, maka saya berjanji :
1.       Berkomitmen untuk senantiasa Taat kepada Allah SWT dan Rosul Muhammad SAW
2.       “ Mboten Korupsi lan Ngapusi “masyarakat Wonogiri
3.       Membuka diri dan berusaha terus dekat dengan Rakyat
4.       Meng-“INFAQKAN” SELURUH GAJI saya sebagai Anggota DPRD Wonogiri di tahun pertama untuk Masyarakat Wonogiri.

Selasa, 12 Maret 2013

DPC PKS Selogiri Mengadakan Konsolidasi (Bag II)

         Acara konsolidasi kembali dilanjutkan setelah tausiyah selesai. Pak Bambang Hermanto selaku ketua DPC memimpin jalannya acara. Beliau menyampaikan beberapa agenda pembahasan pada rapat kali ini. Salah satu agendanya adalah pemberian pengarahan terkait tugas masing-masing penanggung jawab tiap desa.
        Tiap penanggungjawab desa diminta mendata target masing-masing dusun. Selain itu penanggungjawab juga diminta mendata tokoh-tokoh tiap desa. Setelah selesai melakukan pendataan, maka segera diserahkan ke ketua DPC untuk  direkap.
        Diakhir acara, diadakan sharing ataupun kritik saran.

DPC PKS Selogiri Mengadakan Konsolidasi (Bag I)

                Bertempat di Krisak Etan, Singodutan, Kec. Selogiri, Pengurus DPC PKS Selogiri melaksanakan konsolidasi. Acar ini dihadiri oleh segenap kader, simpatisan, maupun pengurus. Peserta yang hadir dalam acara ini berjumlah kurang lebih 40 orang.

                  Acara di awali dengan tausiyah oleh ust. Supri. Dalam tausiyahnya disampaikan ciri-ciri dari orang yang beriman. Tausiyah ini dimaksudkan agar menambah semangat dari peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut.             
   

Selasa, 06 Desember 2011

Memaknai Tahun Baru Hijriyah


“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”. (At-Taubah: 36).
Semua ahli tafsir sepakat bahwa empat bulan yang tersebut dalam ayat di atas adalah Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab.
Ketika haji wada’ Rasulallah bersabda:
Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi SAW bersabda: “Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Dalam hadist di atas Nabi SAW hanya menyebut nama empat bulan, dan ini bukan berarti selain dari nama bulan yang disebut di atas tidak suci, karena bulan Ramadhan tidak disebutkan dalam hadist diatas. Dan kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kesucian, ada Lailatul Qadar, juga dinamakan dengan bulan rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka.
Ibnu Rajab al-Hambali ( 736 – 795 H ) mengatakan, Muharam disebut dengan syahrullah (bulan Allah) karena memiliki dua hikmah. Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharam. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah SWT dalam mensucikankan bulan Muharam.
Bulan Muharram mempunyai karakteristik tersendiri, dan diantara karakteristik bulan Muharram adalah:
Pertama: Semangat Hijrah
Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Kita seharus merenung kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah.
Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).
Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan berlakunya untuk mengabadikan kaisar pertama yang
dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan Tahun Samura) Atau penangalan Tahun Saka bagi suku Jawa yang berasal dari Raja Aji Saka.
Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar. Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah
baginya melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.
Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai zaman baru pengembangan Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi agama dan umat Islam. Selain Umar, orang yang
berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib. Beliaulah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).
Dalam sejarah hijrah nabi dari Makkah ke madinah terlihat jalinan ukhuwah kaum Ansor dan Muhajirin yang melahirkan integrasi umat Islam yang sangat kokoh. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. Bisa dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat yang tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan ukhuwah Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.
Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Hadis Rasulullah yang sangat populer menyatakan, ”Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang beruntung”.
Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang celaka.” Oleh karena itu, sesuai dengan firman Allah:
”Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat) dan bertakwalah, sesungguhnya Allah maha tahu dengan apa yang kamu perbuatkan”. (QS. Al-Hasyar: 18).
Karakteristik Kedua: Di sunnahkan berpuasa
Pada zaman Rasulullah, orang Yahudi juga mengerjakan puasa pada hari ‘asyuura. Mereka mewarisi hal itu dari Nabi Musa AS.
Dari Ibnu Abbas RA, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa.
Rasulullah SAW bertanya, “Hari apa ini?
Mengapa kalian berpuasa?” Mereka menjawab, “Ini hari yang agung, hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun. Maka Musa berpuasa sebagai tanda syukur, maka kami pun berpuasa. “Rasulullah SAW bersabda, “Kami orang Islam lebih berhak dan lebih utama untuk menghormati Nabi Musa daripada kalian.” (HR. Abu Daud).
Puasa Muharram merupakan puasa yang paling utama setelah puasa ramadhan.
Rasululllah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah RA, Rasululllah SAW bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah puasa ramadhan adalah puasa dibulan muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (HR. Muslim, Abu Daud, Tarmizi, dan Nasa’ ).
Puasa pada bulan Muharam yang sangat dianjurkan adalah pada hari yang kesepuluh, yaitu yang lebih dikenal dengan istilah ‘asyuura.
Aisyah RA pernah ditanya tentang puasa ‘asyuura, ia menjawab, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW puasa pada suatu hari yang beliau betul-betul mengharapkan fadilah pada hari itu atas hari-hari lainnya, kecuali puasa pada hari kesepuluh Muharam.” (HR Muslim).
Dalam hadits lain Nabi juga menjelaskan bahwa puasa pada hari ‘asyura (10 Muharram) bisa menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lewat.
Dari Abu Qatadah RA, Rasululllah SAW ditanya tentang puasa hari ‘asyura, beliau bersabda: ”Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat” (HR. Muslim).
Disamping itu disunnahkan untuk berpuasa sehari sebelum ‘Asyura yaitu puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda Nabi SAW yang termasuk dalam golongan sunnah hammiyah (sunnah yang berupa keinginan/cita2 Nabi tetapi beliau sendiri belum sempat melakukannya):
Ibnu Abbas RA menyebutkan, Rasulullah SAW melakukan puasa ‘asyuura dan beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Para sahabat berkata,
“Ini adalah hari yang dimuliakan orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw. bersabda, “Tahun depan insya Allah kita juga akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharam.” Namun, pada tahun berikutnya Rasulullah telah
wafat. (HR Muslim, Abu Daud).
Berdasar pada hadis ini, disunahkan bagi umat Islam untuk juga berpuasa pada tanggal sembilan Muharam. Sebagian ulama mengatakan, sebaiknya puasa selama tiga hari: 9, 10, 11 Muharam.
Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Puasalah pada hari ‘asyuura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Puasalah sehari sebelum ‘asyuura dan sehari sesudahnya.” (HR Ahmad).
Ibnu Sirrin berkata: melaksanakan hal ini dengan alasan kehati-hatian. Karena, boleh jadi manusia salah dalam menetapkan masuknya satu Muharam. Boleh jadi yang kita kira tanggal sembilan, namun sebenarnya sudah tanggal sepuluh. (Majmuu’ Syarhul Muhadzdzab VI/406) .
Mudah-mudahan dengan masuknya awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang hidup kita kedepan agar lebih baik dan bermanfaat bagi umat manusia, yakni mengubah perilaku buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

*Disadur dari berbagai sumber.

Sabtu, 22 Oktober 2011

PARTAI GAGAL REKRUTMEN DAN KADERISASI

639ilustrasi_bendera_parpolREPUBLIKA, Di mata Peneliti Center for Electoral Reform (Cetro), Refly Harun, rendahnya kualitas anggota DPR saat ini merupakan kegagalan partai politik melakukan kaderisasi dan rekrutmen. Karena itu, dia menilai aneh jika anggota DPR dan partai justru mempersoalkan sistem proporsional terbuka, dan ingin kembali ke sistem proporsional tertutup. Tapi, Cetro mengusulkan jalan tengah untuk mengakomodasi keinginan itu, yaitu dengan sistem proporsional campuran (mixed member proportional). Bagaimana detailnya? Berikut wawancara wartawan Republika, Harun Husein, dengan Refly:
Sekarang sistem proporsional terbuka mulai banyak digugat, karena suara terbanyak tak membuat kualitas anggota DPR menjadi lebih baik. Komentar Anda?
Sebenarnya aneh kalau partai-partai tiba-tiba ribut soal kegagalan sistem proporsional terbuka. Lho, mereka mencalonkan siapa? Kan tanggung jawab partai untuk mencalonkan orang-orang yang serius, bukan sekadar populer. Kemarin kan ada kesan sekadar memenuhi slot. Bahkan ada kesan, dijadikan ajang untuk mencari duit oleh partai politik. Partai politik itu membuka pendaftaran caleg, di tempatkan di tempat-tempat yang gampang terlihat, dengan membayar sejumlah uang. Lalu, merekrut orangorang terkenal yang tidak ada latar belakang politiknya sama sekali.
Jadi, kalau bicara kualitas, ditentukan oleh sejauh mana partai itu melakukan kaderisasi. Kan salah satu fungsi partai adalah melakukan kaderisasi dan rekrutmen politik. Nah, selama ini partai tidak bekerja. Partai politik hanya menjadi electoral machine, mesin pengeruk suara.
Artinya yang ada di Senayan sekarang ini merupakan output kegagalan partai?
Yaa, kegagalan partai melakukan rekrutmen politik dan kaderisasi. Kalau mereka bekerja, maka sesungguhnya siapapun yang mereka calonkan, akan berkualitas. Ini kan tidak. Mereka terkesan hanya sekadar menjadi electoral machine. Bahkan, calon itu menjadi electoral machine.
Hanya menjadi vote getter...
Bolehlah kalau diistilahkan vote getter. Tapi, dulu, vote getter hanya dipasang, tapi tidak menjadi anggota DPR. Sekarang, mereka menjadi anggota DPR.
Berdasarkan perhitungan kami, dari 560 anggota DPR saat ini, 83 persen berada di nomor urut satu dan dua. Mereka peraih suara terbanyak, tapi juga di nomor urut atas. Apakah tuntutan kembali ke proporsional tertutup itu wajar, jika caleg terpilih masih banyak difasilitasi nomor urut?
Aneh kalau partai politik mengeluhkan kualitas calon dengan sistem proporsional terbuka, kalau yang terpilih mayoritas nomor urut satu dan dua. Sebab, yang terpilih adalah preferensi partai bersangkutan. Kan partai yang menempatkan seseorang di nomor urut satu dan dua, karena menghendaki merekalah yang terpilih.
Jangan-jangan, mereka (partai –Red) me nempatkan orang di nomor satu dan dua itu berdasarkan orang yang nyetor saja. Atau orang-orang yang ditempatkan untuk mengeruk suara saja. Coba deh cek orang-orang terkenal, misalnya artis dan anak-anak pembesar, umumnya di nomor urut satu dan dua.
Yang bikin rusak ka derisasi politik kan yang begitu: Cari orang terkenal dan cari pejabat-pejabat lokal —baik anak, suami, istri, ibu, dan sebagainya— untuk dimajukan. Kalau partai politik mengajukan calon yang ti dak berkualitas, yaa begitu akhirnya. Dan, fenomena yang sama juga terjadi di DPD.
Bagaimana seharusnya partai mencalonkan seseorang untuk mengisi lembaga perwakilan rakyat?
Mestinya mereka mencalonkan, kalau kita bicara kaderisasi partai, adalah yang sudah menjalani karier di DPRD misalnya. Misalnya, dari DPRD kabupaten/ -kota naik ke DPRD provinsi. Dari DPRD provinsi naik ke DPR. Kalau mereka langsung lompat pagar ke DPR, seharusnya orang-orang itu punya pengalaman dan keahlian yang sangat khusus.
Tapi, yang terjadi nggak. Mereka langsung lompat tanpa melalui kaderisasi. Biasanya kalau nggak artis, orang terkenal di daerahnya, anak dan istri pembesar. Ketika terpilih, barang kali tidak con cern di bidang itu. Mereka kemudian banyak yang hanya ingin men jadi anggota DPR tanpa bekerja. Kerjanya mungkin hanya ngurusi anaknya, suami nya, istri nya, perusahaannya, tapi mereka pejabat pu blik yang berhak atas fasilitas publik. Misalnya pesawat kelas satu, PIN negara. Jadi kerjanya tidak, gayanya doang.
Jika kembali ke proporsional tertutup dengan alasan penguatan partai, dan agar partai bisa mencalonkan orang yang mumpuni, apa pendapat Anda?
O, itu setback sekali. Kalau proporsional tertutup, akan makin mengaburkan konsep keterwakilan kita. Dan, sebenarnya, kita tidak bisa me li hat anggota DPR itu hanya sekumpulan orang-orang yang punya keahlian di bidang tertentu saja. Yang paling dihargai dari seorang politikus di mana pun adalah trust masyarakat. Bahwa masyarakat percaya, kenal dia, dan memilih dia sebagai wakilnya. Tapi, kan di Indonesia tidak pernah terjadi yang begitu. Kita memilih tidak pernah ada pertimbangan apa-apa. Main coblas-coblos aja.
Bagaimana dengan MMP yang digagas Cetro?
Menurut saya, sistem MMP ini bisa mewadahi dua kepentingan: kepentingan terhadap calon yang dikenal publik, sehingga representativeness atau keterwakilan lebih bisa dicapai, tapi partai politik tidak ditinggalkan, karena partai berhak atas 50 persen lists kursi yang diperebutkan. Jadi, kalau anggota DPR 560 orang, 280 di tentukan partai politik berdasarkan nomor urut, sementara, 280 lainnya ditentukan masyarakat secara langsung, karena mereka langsung memilih calon bersangkutan. Konsep ini jauh lebih adil ketimbang proporsional tertutup.
Dengan MMP keterwakilan menjadi jelas. Apakah saat ini tidak jelas?
Sekarang kita diwakili oleh empat calon: DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR, dan DPD. Tapi, ketika ada masalah, kita tidak tahu mengadu kepada siapa. Akhirnya, mengadu ke Komnas HAM, ke LBH, atau langsung mengadu ke menteri, presiden, dan sebagainya.
Mestinya, masyarakat pertama kali mengadu kepada wakilnya. Tapi, kalau kita datang ke DPR, kita bertemu dengan institusinya. Dari institusi di-refer ke komisi dan lain sebagainya, yang barang kali tidak menyelesaikan masalah.
Lain kalau konstituensinya (dapilnya) kecil. Kita kan bisa genjot dia (wakil rakyat) memperjuangkan kepentingan kita. Kalau nggak, kita kampanye jangan pilih dia untuk pemilu berikutnya. Kan begitu di Amerika.
Karena fungsi itu tak dijalankan, maraklah komisi-komisi independen?
Yaa, marak komisi-komisi itu, bahkan LSM. Orang datang ke LSM. Kan aneh. Orang datang ke Kontras, LBH, karena fungsi representativeness wakil rakyat itu nggak dijalankan. Dengan sistem proporsional tertutup, tambah nggak jelas konsep ke ter wakilan kita: konstituen dan wa kil rakyat, makin nggak ada hubungannya.
(-)

Selasa, 18 Oktober 2011

RAKOR DPC


Senin, 17 oktober 2011. Jam menunjukkkan pukul 15.30. Gerimis mulai turun perlahan. Tak sampai 15 menit, gerimis akhirnya berhenti. Tampak beberapa orang dengan sepeda motor berdatangan ke sebuah rumah di desa Pule Kecamatan Selogiri Kab. Wonogiri.
Orang-orang inilah ‘laskar’ PKS DPC Selogiri Kab. Wonogiri. Seperti biasanya, mereka akan mengadakan rakor (rapat koordinasi). Adapun rapat ini dihadiri oleh Pengurus DPC PKS Selogiri yang terdiri dari dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Ketua : Bidang Kaderisasi, Bidang Kewanitaan, Bidang Kepemudaan, Bidang Sosial Ekonomi, Bidang Humas Media, dan beberapa staf. Jam 4 kurang, rapatpun dimulai. Rapat dimoderatori oleh Riyadi selaku sekretaris. Dimulai dengan basmallah, lalu dilanjutkan dengan prakata dari Bapak Bambang selaku ketua DPC PKS Selogiri.
Selesai prakata dari ketua DPC yang juga sekaligus menyampaikan agenda rapat di hari tersbut, juga disampaikan tausiyah oleh Wahyudi (Kabid Kaderisasi). Barangkali pemberian tausiyah ini jarang terjadi di rapat-rapat partai lain, tetapi bagi PKS seakan tausiyah dalam rapat-rapat mereka adalah hal yang ‘wajib’ (wajib disini bukanlah hukum wajib dalam fikih agama-red) dilakukan.
Tausiyah yang diberikan oleh Wahyudi mengangkat tema sebuah pertanyaan “siapakah kita?”.
Selesai tausiyah, rapat kembali dipimpin oleh Bapak Bambang.  Adapun agenda rapat yang dibahasa dalam pertemuan tersebut meliputi persiapan pelaksanaan rencana kerja DPC dalam rangka menyongsong Muskerda DPD PKS Kab. Wonogiri, sekaligus sebagai sarana persiapan Muskercab.
Selain hal tersebut, juga dibahas tentang qodoya (kondisi) internal pengurus DPC. Dalam pembahasan ini, terjadi sedikit perubahan personal dalam struktur kepengurusan. Terutama untuk Bidang Kewanitaan dan Bidang Humas Media ada penambahan personel.
Masuk waktu maghrib, rapat diakhiri dengan berbagai keputusan. Diantaranya adalah rencana pelaksanaan Rapat Kerja menyogsong Muskerda dan Muskercab rencananya (insyaAllah) akan dilaksanakan pada Hari Minggu, 30 Oktober 2011. Selesai rapat, dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah. (Tar_Bid. Humas Media)




                                                                                                                                                

Selasa, 30 Agustus 2011

= = Menjaga Ukhuwah Islamiyah = =

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu.” (Al-Hujurat: 10).
“Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”(Al-Hijr: 47).
     Betapa banyak kehidupan yang berubah menjadi keras ketika ikatan persaudaraan telah pupus, ketika sumber-sumber kecintaan terhadap Allah telah kering, ketika individualisme telah menggeser nilai-nilai persaudaraan, saat itu setiap individu berada dalam kehidupan yang sulit, merasa terpisah menyendiri dari masyarakatnya.
     Kebanyakan manusia pada umumnya, perilaku mereka telah tercemari oleh hal-hal yang dapat merusak persaudaraan, yang terkadang mereka menyadari hal tersebut, dan terkadang tidak menyadarinya.
     Dalam sebuah hadis yang menerangkan tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah di hari tiada naungan kecuali naungan Allah, Rasulullah menyebutkan salah satu di antaranya adalah, “Dan dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya.”(HR Bukhari dan Muslim). Dan di dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, “Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, berhak atas kecintaan-Ku..”(HR Malik dan Ahmad).
     Muhammad bin Munkadir ketika ditanya tentang kenikmatannya dalam kehidupan ini, beliau menjawab, “Ketika bertemu dengan saudara-saudara (sahabat-sahabat), dan membahagiakan mereka.”
     Al-Hasan pernah berkata, “Kami lebih mencintai sahabat-sahabat kami dari pada keluarga kami, karena sahabat-sahabat kami mengingatkan kami akan kehidupan akherat, sedangkan keluarga kami mengingatkan kami akan kehidupan dunia.”
     Khalid bin Shafwan berkata, “Orang yang lemah adalah yang sedikit menjalin persaudaraan.”
Perhatikanlah beberapa perkataan di atas, baik dari ayat-ayat Allah, hadis, maupun perkataan para ulama, kemudian lihatlah pada kenyataan tentu akan menunjukkan kebenarannya. Siapakah yang menolongmu untuk mampu tetap teguh memegangi hidayah? Siapakah yang meneguhkan kamu untuk tetap istiqamah? Siapakah yang menemani kamu ketika dirundung bencana dan malapetaka? Karena itu Umar pernah berkata, “Bertemu dengan para ikhwan bisa menghilangkan kegalauan dan kesedihan hati.”
     Untuk dapat  sukses dalam menjaga ukhuwah islamiyah kita perlu memperhatikan beberapa hal yang dapat merusak ukhuwah dan berupaya untuk menghindarinya sehingga ukhuwah bisa terjalin secara langgen. Hal-hal tersebut  di antaranya adalah sebagai berikut :
  1. Tamak dan rakus terhadap dunia, terhadap apa-apa yang dimiliki orang lain.
     Rasulullah saw. Bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia, Allah akan mencintai kamu. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, mereka akan mencintai kamu.”(HR Ibnu Majah).
     Jika kamu tertimpa musibah, mintalah musyawarah kepada saudaramu dan jangan meminta apa yang engkau butuhkan. Sebab jika saudara atau temanmu itu memahami keadaanmu, ia akan terketuk hatinya untuk menolongmu, tanpa harus meminta atau meneteskan air mata.
  2. Maksiat dan meremehkan ketaatan.
     Ibnu Qayim, dalam kitab “Al-Jawabul Kafi” mengatakan, “Di antara akibat dari perbuatan maksiyat adalah rasa gelisah (takut dan sedih) yang dirasakan oleh orang yang bermaksiyat itu untuk bertemu dengan saudara-saudaranya.”
     Jika di dalam pergaulan tidak ada nuansa dzikir dan ibadah, saling menasehati, mengingatkan dan memberi pelajaran, berarti pergaulan atau ikatan persahabatan itu telah gersang disebabkan oleh kerasnya hati dan hal itu bisa mengakibatkan terbukannya pintu-pintu kejahatan sehingga masing-masing akan saling menyibukkan diri dengan urusan yang lain. Padahal           Rasulullah saw. Bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak mendzoliminya dan tidak menghinakannya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, Tidaklah dua orang yang saling mengasihi, kemudian dipisahkan antara keduanya kecuali hanya karena satu dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya.”(HR Ahmad).
     Orang-orang ahli maksiyat dan kemungkaran, pergaulan dan persahabatan mereka tidak dibangun atas dasar ketakwaan melainkan atas dasar materi sehingga akan dengan mudah berubah menjadi permusuhan. Bahkan hal itu nanti akan menjadi beban di hari kiamat.
     Allah swt.berfirman, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(Az-Zukhruf: 67). Sedangkan persahabatan karena Allah, akan terus berlanjut sampai di surga, “.sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”(Al-Hijr: 47).
  3. Tidak menggunakan adab yang baik (syar’i) ketika berbicara.
     Ketika berbicara dengan saudara atau kawan, hendaknya seseorang memilih perkataan yang paling baik. Allah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘hendaklah mereka mengucapkan kata-kata yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.”(Al-Isra: 53).
     Dalam sebuah hadis Nabi saw. Bersabda, “Kalimah thayibah adalah shadaqah.”(HR Bukhari).
  4. Tidak memperhatikan apabila ada yang mengajak berbicara dan memalingkan muka darinya.
     Seorang ulama salaf berkata, “Ada seseorang yang menyampaikan hadis sedangkan aku sudah mengetahui hal itu sebelum ia dilahirkan oleh ibunya. Akan tetapi, akhlak yang baik membawaku untuk tetap mendengarkannya hingga ia selesai berbicara.”
  5. Banyak bercanda dan bersenda gurau.
     Betapa banyak orang yang putus hubungan satu sama lainnya hanya disebabkan oleh canda dan senda gurau yang tidak pantas yang terkadang  dapat menyinggung perasaan tanpa disadarinya.
  6. Banyak berdebat dan berbantah-bantahan.
  
     Rasulullah saw.Bersabda, “Orang yang paling dibenci di sisi Allah adalah yang keras dan besar permusuhannya.”(HR Bukhari dan Muslim). Orang yang banyak permusuhannya adalah yang suka menggelar perdebatan, adu argumen dan pendapat.

     Terkadang hubungan persaudaraan terputus karena terjadinya perdebatan yang sengit yang bisa jadi itu adalah tipuan setan. Dengan alasan mempertahankan ‘akidah dan prinsipnya’ padahal sesungguhnya adalah mempertahankan dirinya dan kesombongannya.

     Tetapi mujadalah atau debat dengan cara yang baik untuk menerangkan kebenaran kepada orang yang bodoh, dan kepada ahli bidah, hal itu tidak masalah. Tetapi, jika sudah melampaui batas, maka hal itu tidak diperbolehkan. Bahkan jika perdebatan itu dilakukan untuk menunjukkan kehebatan diri, hal itu malah menjadi bukti akan lemahnya iman dan sedikitnya pengetahuan.
     Jadi, bisa saja dengan perdebatan ini, tali ukhuwah akan terurai dan hilang. Sebab masing-masing merasa lebih lebih kuat hujjahnya dibanding yang lain.
  7. Berbisik-bisik (pembicaraan rahasia)

     Rasulullah bersabda, “Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang di antaranya berbisik-bisik tanpa mengajak orang yang ketiga karena itu akan bisa menyebabkannya bersedih.”(HR Bukhari dan Muslim).
     Berbisik-bisik adalah merupakan hal yang sepele tetapi mempunyai pengaruh yang dalam bagi orang yang berfikiran ingin membina ikatan persaudaraan.
     Allah swt. Berfirman, “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman berduka cita..”(Al-Mujadalah: 10).
     Para ulama berkata, “Setan akan membisikkan kepadanya dan berkata, ‘Mereka itu membicarakanmu’.” Maka dari itu para ulama mensyaratkan agar meminta idzin terlebih dahulu jika ingin berbisik-bisik (berbicara rahasia).
     Demikianlah beberapa hal yang dapat merusak tali ukhuwah yang perlu diwaspadai serta dihindari oleh setiap insan,agar hubungan persahabatan dan persaudaran yang selama ini terjalin dapat terus terbina  dan dilestarikan sehingga kekuatan muslim semakin kokoh disegala sendi-sendi kehidupan yang pada akhirnya terwujudlah masyarakat islam yang Rahmatan lil a’lamin seperti yang telah dijanjikan Allah SWT.

sumber :http://subhansyarief.multiply.com/journal/item/25/kiat_sukses_menjaga_ukhuwah_islamiyah

Kamis, 25 Agustus 2011

PERTUMBUHAN BERKESINAMBUNGAN -Anis Matta-

 Oleh Anis Matta*
Ketika Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya, ia hanya seorang diri. Beberapa tahun kemudian, tepatnya 23 tahun saat beliau melaksanakan hajjatul wada', kaum Muslim telah berjumlah sekitar 100 sampai 125 ribu orang dalam berbagai riwayat. Dengan jumlah penduduk dunia ketika itu sekitar 100 juta orang, maka rasio kaum Muslim terhadap penduduk dunia adalah 1 per 1000 orang.

Sekarang, sekitar 1500 tahun kemudian, jumlah kaum Muslim telah bertumbuh tanpa henti dan menjadi 1,5 milyar hingga 1,9 milyar. Bayangkanlah bagaimana rasio itu bertumbuh dari 1 per 1000 menjadi 1 per lima dalam kurun waktu 1500 tahun.

Islam sebagai agama bekerja dalam skala waktu sejarah, bukan dalam skala waktu individu atau umat. Ia terus akan bertumbuh hingga tak satu pun jengkal bumi yang tidak dijangkaunya dan tak satu pun manusia yang tidak mendengar nama Allah disebutkan. Pertumbuhan berkesinambungan adalah ciri utamanya.

Kesadaran akan waktu bukan saja menumbuhkan kemampuan berpikir sekuensial dan kesadaran akan efek akumulasi, tapi juga pada makna pertumbuhan sebagai cara mengukur kekuatan dan prospek dari sebuah ide atau kerja. Kekuatan substansial dari sebuah ide atau kerja selalu dapat diukur dari kemampuannya untuk bertumbuh secara berkesinambungan.

Berapa banyak ideologi dan gerakan dalam sejarah manusia yang lahir, tumbuh dan mekar lalu mati dalam kurun waktu yang singkat. Misalnya komunisme. Semula gegap gempita tentang komunisme sejak awal ia lahir sebagai sebuah ideologi hingga berkembang pesat dengan dukungan sebuah imperium besar tak sanggup membuatnya berumur lebih dari satu abad.

Umur ideologi dan gerakan, apapun bentuknya, selalu ditentukan oleh kekuatan substansialnya untuk bertumbuh secara berkesinambungan. Sebab ini menentukan dalam skala waktu apa ideologi dan gerakan itu bekerja. Ideologi dan gerakan yang tidak punya potensi pertumbuhan berkesinambungan biasanya hanya akan bekerja dalam skala waktu individu, atau paling jauh, dalam skala waktu komunitas.

Pertumbuhan berkesinambungan adalah alat ukur sejarah. Sebab hanya ideologi dan gerakan yang bekerja dalam skala waktu sejarah yang akan bisa bertumbuh secara berkesinambungan. Itu sebabnya mengapa Qur'an memberi ruang yang begitu luas untuk membicarakan sejarah; biar semua kita sadar bahwa hanya ketika kita bekerja dalam skala waktu sejarah kita punya peluang untuk bertumbuh tanpa henti.**

RENUNGAN KH RAHMAT ABDULLAH

Nuzul Qur’an di Hira, Nuzul Qur’an di hati

Ketika pertama kali Al-Qur’an diturunkan, ia telah menjadi petunjuk untuk seluruh manusia. Ia menjadi petunjuk sesungguhnya bagi mereka yang menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Ia benar-benar berguna bagi kaum beriman dan menjadi kerugian bagi kaum yang zalim. Kelak saatnya orang menyalakan rambu-rambu, padahal tanpa rambu-rambu kehidupan jadi kacau. Ada juga orang berfikir malam qodar itu selesai sudah karena ALLAH menyatakan dengan anzalnahu ( kami telah menurunkannya) tanpa melihat tajam-tajam pada kata tanazzalu’l Malaikatu wa’l Ruhu (pada malam itu turun menurunlah para malaikat dan ruh), dengan kata kerja permanen.

Bila malam adalah malam, saat matahari terbenam, siapa warga negeri yang tak menemukan malam; kafirnya dan mukminnya, fasiqnya dan shalihnya, munafiqnya dan shiddiqnya. Yahudi dan nasraninya? Jadi apakah malam itu malam fisika yang meliput semua orang dikawasan?

Jadi ketika Ramadhan di gua Hira itu malamnya disebut malam qadar, saat turun sebuah pedoman hidup yang terbaca dan terjaga, maka betapa bahaginya setiap mukmin yang sadar dengan Nuzulnya Al-Qur’an dihati pada malam qadarnya masing-masing, saat jiwa menemukan jati dirinya yang selalu merindu dan mencari sang Pencipta. Yang tetap terbelenggu selama hayat dikandung badan, seperti badanpun tak dapat melampiaskan kesenangannya, karena selalu ada keterbatasan dalam setiap kesenangan. Batas makanan dan minuman yang lezat adalah keterbatasan perut dan segala yang lahir dari proses tersebut. Batas kesenangan libido ialah menghilangnya kegembiraan dipuncak kesenangan. Batas nikmatnya dunia ketika ajal tiba-tiba menemukan rambu-rambu: Stop!

Puasa: Da’wah, Tarbiyah, Jihad dan Disiplin

Orang yang tertempa makan (sahur) disaat enaknya orang tertidur lelap atau berdiri lama malam hari dalam shalat qiyam Ramadlan, setelah siangnya berlapar haus atau menahan semua pembantal lahir bathin, sudah sepantasnya mampu mengatasi masalah-masalah da’wah dan kehidupannya tanpa keluhan, keputusasaan atau kepanikan.

Musuh-musuh ummat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan ditengah badai tak akan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air. Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air diakhir malam, lapar dan haus diterik siang.

Mereka biasa berburu dan menunggu target perjuangan, jauh sampai keakhirat negeri keabadian, dengan kekuatan yakin yang melebihi kepastian fajar menyingsing. Namun bagaimana mungkin bisa mengajar orang lain, orang yang tak mampu memahami ajarannya sendiri? “Fadiqu’s Syai’la Yu’thihi’ (yang tak punya apa-apa tak kan mampu memberi apa-apa).

Wahyu pertama turun dibulan Ramadlan, pertempuran dan mubadarah (inisiatif) awal di Badar juga di bulan Ramadlan dan Futuh (kemenangan) juga di bulan Ramadlan. Ini menjadi inspirasi betapa madrasah Ramadlan telah memproduk begitu banyak alumni unggulan yang izzah-nya membentang dari masyriq ke maghrib zaman.

Bila mulutmu bergetar dengan ayat-ayat suci dan hadits-hadits, mulut mereka juga menggetarkan kalimat yang sama. Adapun hati dan bukti, itu soal besar yang menunggu jawaban serius. ~KH. Rahmat Abdullah~

 

KABAR DPC

KIPRAH KEWANITAAN

KOLOM